Rabu 07 Feb 2018 23:26 WIB

Harga Gas 3 Kg di Aceh Tenggara Capai Rp 32 Ribu per Tabung

Harga gas melon jadi mahal di pengecer.

 Pekerja memeriksa tabung gas tiga kilo di tempat penjualan gas di Jakarta, Ahad (2/4).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja memeriksa tabung gas tiga kilo di tempat penjualan gas di Jakarta, Ahad (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, KUTACANE -- Bahan bakar gas elpiji/LPG bersubsisi kemasan tiga kilogram atau gas melon sulit didapat di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh. Kalaupun ada, harganya mencapai Rp 32 ribu per tabung .

"Harga gas melon jadi mahal di pengecer, kini seharga Rp 32 ribu per tabung. Bahkan di wilayah pelosok, harga jual LPG ini bisa lebih tinggi lagi," kata Dina Pinem (37), penduduk di Desa Kotarih, Kutacane, Rabu (7/2).

Jika warga setempat memperoleh gas LPG yang disubsidi pemerintah itu di pangkalan, lanjutnya, maka di tempat perpanjangan tangan agen PT Pertamina (Persero) berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni Rp 27 ribu per tabung. Bahkan, saat ini gas melon di pangkalan cuma bertahan sekitar tiga jam, setelah dipasok dari mobil agen, sehingga penduduk kelas bawah terutama warga miskin semakin sulit mendapatkan LPG bersubsidi di wilayah tersebut.

Data PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) I Sumatra Bagian Utara menyebut, di wilayah Aceh Tenggara terdapat dua agen penyalur yakni PT Gasta Mulyo dan PT Minanda Desky Jaya total menyalurkan bagi 84 pangkalan dengan HET Rp 20 ribu per tabung.

"Sulitnya kami mendapatkan gas subsidi oleh pemerintah, sudah terjadi sepekan terakhir. Tak cuma di pengecer, tapi di pangkalan. Bila pun ada, harga belinya tak sesuai HET," kata dia.

Dasimah (53), penduduk di Kecamatan Bukit Tusam mengatakan, telah hampir satu bulan gas elpiji tiga kilogram sulit dicari terutama di kedai pengecer. "Harga termurah di kedai di Desa Lawe Dua ini Rp 28 ribu per tabung. Tapi, itu pun gasnya kadang ada kadang tidak. Sementara di kedai lain sudah dijual seharga Rp 30 ribu sampai Rp 32 ribu per tabung," ujarnya.

Fatima (45), warga Desa Perapat Sepakat, Kecamatan Babussalam, mengaku, dirinya sudah mulai memasak menggunakan kayu bakar akibat kesulitan mendapatkan gas melon tersebut. "Kami terpaksa gunakan kayu bakar untuk memasak. Sulit kali cari gas LPG ini, kadang ada, tapi terkadang tidak. Sementara untuk memasak, saya pakai gas," katanya.

PT Pertamina (Persero) Marketing MOR I Sumatra Bagian Utara mendapatkan informasi dari warga setempat atas dugaan adanya pangkalan menaikkan harga jual dari HET yang seharusnya. "Jika nanti terbukti, maka bagi penyalur seperti agen dan pangkalan akan mendapat tindakan tegas berupa sanksi dari kami. Mulai dari surat peringatan," kata Humas Pertamina MOR I Sumbagut, Rizky Diba Avrita.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement