Senin 05 Feb 2018 14:38 WIB

Ekonomi Jatim Didukung Pertumbuhan Seluruh Lapangan Usaha

Usaha akomodasi dan makanan-minuman tumbuh paling pesat.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Nur Aini
Seorang  warga desa Dalisodo, kecamatan Wagir, kabupaten Malang, Jawa Timur sedang merapihkan potongan-potongan bambu untuk kemudian diserut di workshop pembuatan dupa, Jumat (15/12).
Foto: Darmawan / Republika
Seorang warga desa Dalisodo, kecamatan Wagir, kabupaten Malang, Jawa Timur sedang merapihkan potongan-potongan bambu untuk kemudian diserut di workshop pembuatan dupa, Jumat (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Perekonomian Jawa Timur pada kuartal VI 2017 tumbuh sebesar 5,72 persen (yoy). Situasi ini membuat perekonomian di Jawa Timur selama 2017 tumbuh sebesar 5,45 persen, di mana pertumbuhan positif ditunjukan seluruh lapangan usaha.

"Penyediaan akomodasi dan makan-minum mengalami pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 7,91 persen. Kemudian diikuti pertambangan dan penggalian sebesar 7,47 persen, serta informasi dan komunikasi sebesar 6,92 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur Teguh Pramono di kantornya, Jalan Raya Kendangsari Industri Nomor 43-44, Surabaya, Senin (5/2).

Teguh mengatakan, struktur perekonomian Jawa Timur menurut lapangan usaha pada 2017 didominasi tiga lapangan usaha utama. Ketiga lapangan usaha yang dimaksud adalah industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 29,03 persen, pertanian, kehutanan , dan perikanan sebesar 12,80 persen, serta perdagangan besar-ecer dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 18,18 persen.

Apabila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jatim di 2017, lapangan usaha industri pengolahan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi yakni mencapai 1,66 persen. Kemudian diikuti perdagangan besar dan ecer, serta reparasi mobil-sepeda motor sebesar 1,14 persen.

"Selanjutnya ada konstruksi 0,63 persen, penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 0,41 persen, serta lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang memberikan sumber pertumbuhan hanya 0,17 persen," ujar Teguh.

Teguh mengungkapkan, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan pada 2017 memang tumbuh melambat jika dibanding tahun sebelumnya. Pada 2016, lapangan usaha ini tumbuh sebesar 2,41 persen. Sedangkan di 2017, hanya tumbuh 1,48 persen.

"Curah hujan yang tinggi dan serangan hama di beberapa wilayah menyebabkan turunnya produksi tanaman pangan terutama padi. Itu lah penyebab pelambatan tersebut," kata Teguh.

Perekonomian Jawa Timur dari sisi pengeluaran pada 2017 tumbuh sebesar 5,45 persen, atau turun 0,13 poin dibanding tahun sebelumnya. Sebagian besar komponen mengalami pertumbuhan, kecuali komponen ekspor luar negeri yang mengalami kontraksi sebesar 4,26 persen.

"Pertumbuhan tertingginya dicapai komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 6,07 persen, diikuti komponen pengeluaran konsumen rumah tangga (PK-RT) sebesar 4,54 persen, dan komponen konsumsi pemerintah (PK-P) sebesar 3,47 persen," ujar Teguh.

Tegus menerangkan, struktur PDRB Jatim menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku, pada 2017 tidak menunnukan perubahan yang berarti. Aktivitas permintaan akhir masih didominasi komponen PK-RT yang mencakup lebih dari separuh PDRB Jatim, yakni sebesar 59,07 persen. "Komponen lainnya yang memiliki peranan besar terhadap PDRB adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 28,96 persen, dan ekspor luar negeri sebesar 14,07 persen," kata Teguh.

Jika dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jatim pada 2017, komponen PK-RT merupakan komponen dengan sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 2,73 persen. Kemudian hal itu diikuti komponen PMTB sebesar 1,67 persen, dan komponen lainnya sebesar 1,05 persen.

Baca juga: Ekonomi Sumatra Barat Mulai Membaik

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement