Jumat 02 Feb 2018 11:30 WIB

OECD Sebut Indonesia Mitra Srategis

Indonesia dinilai mengalami lompatan ekonomi yang signifikan.

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
Moeldoko - Kepala Staff Presiden
Foto: Republika/ Wihdan
Moeldoko - Kepala Staff Presiden

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) atau Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi, menilai Indonesia merupakan negara yang akan maju di masa depan. Kemitraan OECD dengan Indonesia dinilai sangat penting dan strategis.

Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko melakukan pertemuan dengan Direktur Hubungan Global The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) atau Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi, Andreas Schaal, di kantor KSP, Kamis (1/2). Didampingi oleh Kepala Divisi Asia Tenggara OECD Alexander Bohmer dan Kepala Perwakilan OECD untuk Indonesia/ASEAN, Massimo Geloso Grosso, Andreas mengatakan, kemitraan dengan Indonesia adalah sangat penting dan strategis, mengingat posisi Indonesia baik secara regional maupun global.

"Indonesia adalah salah satu mitra kunci (key partners) bagi OECD selain Cina, Brazil, India, dan Afrika Selatan", ujar Andreas melalui siaran kepada Republika.co.id, Jumat (2/2).

Andreas menjelaskan, istilah mitra kunci adalah negara-negara yang berpotensi untuk melompat menjadi negara maju di masa depan. Untuk itu, EOCD bersedia membantu reformasi tata kelola dan kebijakan pemerintahan, dan sekaligus membantu mempersiapkan Indonesia untuk mencapai standar-standar yang berlaku dan telah diterapkan di negara-negara yang masuk dalam lembaga ini.

Berdasarkan laporan tahunan yang dirilis oleh OECD, Indonesia memang mengalami lompatan signifikan dalam berbagai aspek yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Dalam hal kemudahan berinvestasi, berdasarkan laporan terakhir Indonesia berada di peringkat ke-72, meningkat dari peringkat ke-91 pada tahun sebelumnya. Bahkan tiga lembaga pemeringkat investasi internasional yakni Fitch Ratings, Standards and Poors, dan Moodys Investor Service, juga telah memasukkan Indonesia ke dalam status layak investasi.

Indonesia juga baru saja masuk dalam negara-negara dengan skala ekonomi mencapai lebih dari 1 triliun dolar AS. Selama ini, hanya 15 negara di dunia yang ekonominya jika diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB) menembus angka triliun dolar AS. Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo adalah negara ke-16 yang berhasil masuk dalam kelompok tersebut.

Kapala KSP Moeldoko mengatakan, sejumlah deregulasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas sudah dan sedang dilakukan. Saat ini setidaknya sudah ada 15 kebijakan deregulasi yang sedang berjalan. Peringkat Indonesia dalam soal daya tarik investasi juga sudah meningkat secara signifikan. Hal itu termasuk peringkat dalam urusan kemudahan menjalankan bisnis di Indonesia (Ease of Doing Business). Namun, peningkatan tersebut masih membutuhkan kerja keras seluruh pihak karena dampak dari perbaikan peringkat ini masih belum dirasakan secara signifikan.

"Dalam rapat kerja dengan Kementerian Perdagangan sehari sebelumnya, Presiden (Jokowi) secara tegas menyatakan bahwa kita harus mempercepat dan meningkatkan kinerja ekspor dan menaikkan pertumbuhan investasi," ujar Moeldoko.

Dia pun menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia memang masih mempunyai pekerjaan rumah untuk menyelesaikan sejumlah regulasi khususnya yang berkaitan dengan sinkronisasi kebijakan di pusat dan daerah. "Kehadiran dan dukungan OECD sangat diperlukan, supaya Indonesia mendapatkan pandangan, koreksi, kritik, dan masukan dari luar, supaya kebijakan-kebijakan yang diambi menjadi lebih baik," kata Moeldoko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement