REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap kenaikan harga beras menjadi penyumbang inflasi terbesar pada bulan Januari 2018, dengan kontribusi sebesar 0,24 persen. Menanggapi hal itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memastikan pihaknya akan terus gencar melakukan upaya stabilisasi harga demi menekan angka inflasi di Februari.
"Berbagai upaya stabilisasi harga kita lakukan semaksimal mungkin. Kita isi dengan pasokan," ujar Enggartiasto, saat ditemui wartawan di sela-sela rapat kerja Kementerian Perdagangan di Hotel Borobudur, Kamis (1/2).
Enggartiasto mengaku tak terkejut jika kenaikan harga beras telah menyumbang inflasi tertinggi pada Januari. Sebab, Mendag mengakui, memang terjadi kekurangan suplai beras pada periode tersebut.
Sementara, mengenai harga daging ayam ras yang juga ikut menyumbang inflasi, ia mengatakan, saat ini Kemendag bersama dengan asosiasi peternak tengah merumuskan aturan baru mengenai rentang harga untuk daging ayam dan telur. Rentang harga akan mengatur harga batas atas dan batas bawah untuk komoditas ayam dan telur di tingkat produsen.
Pedagang menjual beras dengan berbagai harga
"Jadi tidak boleh turun ke bawah, tapi jangan juga terlalu naik ke atas," ujar Mendag.
Hingga kini, Kementerian Perdagangan belum menetapkan berapa rentang harga yang akan diterapkan untuk daging ayam dan telur. Sebab, kata Enggar, pembahasan mengenai harga ini harus mempertimbangkan banyak aspek, termasuk pakan ternak yang bahan baku utamanya adalah jagung.
"Kalau bicara daging ayam dan telur, harus bicara juga pakannya. Itu satu kesatuan. Makanya kemarin juga kita bicara dengan Kementerian Pertanian," kata Enggartiasto.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik, inflasi pada Januari 2018 berada di level 0,62 persen. Beras menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan kontribusi 0,24 persen.
Bahan makanan lain yang juga ikut menyumbang inflasi di periode Januari 2018 yakni daging ayam ras sebesar 0,07 persen, ikan segar 0,05 persen, cabai rawit 0,04 persen dan cabai merah 0,03 persen.