REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku pasar pasar modal mengemukakan bahwa pergerakan indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih dapat terus tumbuh karena valuasi yang terbilang masih murah.
"Jika dibandingkan dengan bursa saham Thailand dan Malaysia, valuasi IHSG masih lebih murah. Sehingga kami proyeksikan IHSG masih bisa menyentuh level 6.800 poin pada tahun ini," kata Head of Research Strategist PT Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia, Heriyanto Irawan dalam Market Outlook 2018 yang digelar PT Syailendra Capital di Jakarta, Rabu (31/1).
Ia menambahkan bahwa kontribusi investor domestik terhadap pasar saham juga terus meningkat seiring bertambahnya jumlah investor sehingga fluktuasi IHSG dapat lebih terjaga. Dengan demikian, investor lokal dapat mendominasi pasar.
Ia menilai investor domestik saat ini sudah semakin kuat, terutama dari institusi seperti asuransi dan dana pensiun. Hal itu terlihat pada 2017 lalu ketika investor asing mencatat jual bersih, IHSG masih mampu menguat bahkan mencatatkan rekor tertinggi baru.
Sementara dalam riset Syailendra Capital dipaparkan, investor mulai terlihat "bullish" terhadap pasar saham meski indeks di level tinggi. Hal itu ditandai dengan terus berkurangnya posisi kas pada manajer investasi. Pada Desember 2017, level kas manajer investasi lokal turun ke 5,7 persen dari sebelumnya di level 9,3 persen.
Di tempat sama, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya meyakini, pasar saham Indonesia tidak akan mendapat pengaruh besar dari sentimen politik pada tahun ini, di mana akan diselenggarakan Pilkada serentak di sejumlah daerah.
"Meski isu SARA mungkin masih akan dimunculkan, situasi politik tidak akan memanas. Koalisi sejumlah partai politik yang beragam akan membuat kondusif agenda itu. TNI dan Polri pun komitmen untuk menjaga," katanya.