Rabu 31 Jan 2018 03:09 WIB

Agar Premium tak Naik, Pertamina Harus Tetap Efisien

Efisiensi diperlukan di tengah harga minyak dunia yang masih tinggi.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Pengguna kendaraan bermotor antre membeli premium di salah satu SPBU di Jakarta Pusat. (ilustrasi)
Foto: Antara/Fanny Octavianus
Pengguna kendaraan bermotor antre membeli premium di salah satu SPBU di Jakarta Pusat. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Center Of Energy And Recources Indonesia (CERI), Yusri Usman menilai Pertamina tetap perlu melakukan efisiensi ditengah kondisi harga minyak dunia yang masih tinggi. Yusri menilai, dengan kondisi harga minyak dunia yang berkisar 60 hingga 70 dolar AS per Barel harus bisa disiasati oleh Pertamina.

Yusri menilai, jika Pertamina tidak melakukan efisiensi dan menaikkan harga baik itu untuk Pertamax dan Premium maka akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Belum lagi persoalan elpiji tiga kilogram yang menurut Yusri juga perlu pengelolaan yang lebih baik agar pasokan untuk masyarakat tetap terjaga.

"Ditengah kondisi minyak dunia yang masih tinggi, pertumbuhan ekonomi masih belum di atas 5 persen, maka Pertamina perlu melakukan efisiensi," ujar Yusri, Selasa (30/1).

Yusri menilai langkah Pertamina agar bisa efisien dengan melakukan langkah-langkah strategis dan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. "Satu hal yang penting dilakukan oleh Pertamina saat ini harus banyak melakukan efisiensi dan terapkan proses bisnis dengan menjunjung tinggi GCG," tambah Yusri.

Yusri menilai meski disatu sisi Pertamina ditekan agar tak menaikan harga namun bekal dari Pemerintah dengan warisan blok terminasi dan hak kelola blok mahakam bisa menjadi modal bagi Pertamina untuk bisa meningkatkan pendapatan dan penyelamatan korporasi.

PT Pertamina (Persero) pada 2017 mencatatkan pendapatan sebesar 42,86 miliar dolar AS pada 2017. Jika dibandingkan pada 2016 pendapatan ini naik sebesar 17 persen.

Direktur Utama PT Pertamina, Elia Massa Manik mengatakan meski pendapatan naik, namun laba Pertamina mengalami penurunan sebesar 24 persen dibandingkan 2016. Tahun lalu Pertamina mencatatkan laba sebesar 2,7 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement