Senin 29 Jan 2018 20:31 WIB

Pengamat: Subsidi Listrik Berpotensi Bengkak

Bila tarif listrik naik, pemerintah perlu menambah subsidi pelanggan 450 dan 900 VA

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Petugas memeriksa meteran listrik di Rumah Susun Jatinegara Barat, Jakarta, Senin (13/11).
Foto: Yasin Habibi/ Republika
Petugas memeriksa meteran listrik di Rumah Susun Jatinegara Barat, Jakarta, Senin (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Subsidi energi di APBN berpotensi naik. Pengamat Energi Reforminer Institute, Pri Agung Rakhmanto, menilai apabila Harga Batubara Acuan (HBA) masuk dalam formula tarif listrik maka potensi naiknya harga listrik akan membebani subsidi.

Sebab, apabila tarif listrik naik, maka pemerintah perlu merogoh kocek lebih dalam sebab alokasi subsidi untuk pelanggan 450 VA dan 900 VA subsidi juga akan naik.

"Perubahan asumsi dasar di APBN yang sudah tidak sesuai dengan realitas (ICP, sebentar lagi HBA) kan pasti ada dampaknya ke subsidi. Kalau tarif tidak naik, pasti subsidinya yang bengkak," ujar Pri saat dihubungi Republika, Senin (29/1).

Namun, Pri menilai langkah memasukan HBA dalam formula listrik merupakan langkah pemerintah dalam meresmikan komponen batu bara. Sebab, sebenarnya selama ini komponen energi primer menjadi pertimbangan dari tarif listrik.

"Sebenarnya tidak ada yang baru. Sebab komponen harga batu bara sudah masuk hitungan. Tapi kalau masuk ke Kepmen kan lebih resmi saja jika pemerintah hendak menaikan harga," ujar Pri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement