Senin 22 Jan 2018 17:06 WIB

Aher: Jabar tidak Perlu Kiriman Beras Impor

Persediaan beras di Jabar mencukupi sampai tiga bulan ke depan.

Red: Nur Aini
Pekerja beristirahat di atas tumpukan karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat (19/1). Pemerintah bakal mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton guna menambah pasokan beras nasional yang kini hanya tersisa dibawah satu juta ton beras sementara menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB negara seperti Indonesia harus mempunyai cadangan beras nasional berkisar 1,1 juta hingga 1,8 juta ton.
Foto: Sigid Kurniawan/Antara
Pekerja beristirahat di atas tumpukan karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat (19/1). Pemerintah bakal mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton guna menambah pasokan beras nasional yang kini hanya tersisa dibawah satu juta ton beras sementara menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB negara seperti Indonesia harus mempunyai cadangan beras nasional berkisar 1,1 juta hingga 1,8 juta ton.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) menyatakan Provinsi Jawa Barat tidak memerlukan beras impor karena masih memiliki persediaan beras yang cukup hingga tiga bulan ke depan.

"Karena menurut Bulog persediaan (beras) tiga bulan ke depan cukup maka untuk Jawa Barat tidak perlu dikirim beras impor," kata Aher, sapaan akrab Ahmad Heryawan, usai meluncurkan program Bansos Rastra di Gedung Sate, Bandung, Senin (22/1).

Ia menuturkan kecukupan persediaan beras itu berdasarkan informasi dari Kantor Bulog Divre III Jawa Barat. "Tapi kalau sudah tidak cukup lagi, di lapangan jelas-jelas ada kekurangan, ya mau tidak mau beras impor sebagai penyelesaian gejolak pangan," kata dia.

Ia berharap tidak ada penimbunan yang memengaruhi ketersediaan beras di pasaran yang berujung pada gejolak harga. "Kalau ada laporkan ke polisi. Kejahatan besar itu," kata Aher.

Untuk menstabilkan harga beras, kata Aher, Bulog Jabar telah melakukan operasi pasar dan hingga saat ini sudah menggelontorkan 23 ton beras. Pada kesempatan yang berbeda, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat melaporkan panen raya Jawa Barat pada Januari ini berlangsung sukses dan surplus.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat Hendy Jatnika mengatakan dari luas areal 926.917 hektare yang panen pada Januari 2018 mencapai 90 ribu hektare, diperkirakan akan menghasilkan gabah kering giling (GKG) sebanyak 532 ribu ton atau setara dengan beras 333 ribu ton.

Pada Februari, jumlah lahan yang panen meningkat menjadi 162 ribu hektare yang diperkirakan menghasilkan 938 ribu ton GKG atau setara dengan beras 600 ribu ton. Pada Maret, panen diperkirakan sebanyak 279 ribu hektare dengan hasil sebanyak 1,632 juta ton GKG atau setara dengan beras 1,024 juta ton.

Hendy mengatakan puncak panen akan terjadi pada Juli dengan jumlah yang sama seperti Maret. Setelah itu akan terjadi pergantian tanaman palawija karena memasuki musim kemarau. "Produksi padinya diperkirakan masih akan mencapai kurang lebih 7,85 juta ton. Rata-rata Jawa Barat mengonsumsi kurang lebih 100 kg per kapita per tahun, di atas angka yang ditetapkan oleh Badan Ketahanan Pangan hanya 89,7 kg. Konsumsi Jawa Barat bisa lebih tiga juta ton beras per tahunnya," katanya.

Menurutnya, produksi beras sampai bulan Januari masih mencukupi untuk dikomsumsi sendiri sehingga Jawa Barat tidak akan kekurangan beras. "Kalaupun ada gejolak harga mungkin itu di tata niaga dan distribusi yang ditangani oleh dinas terkait, tetapi untuk di tingkat produksi aman, apalagi bulan Februari-Maret menjelang panen raya sehingga terjadi peningkatan luas panen dibandingkan dengan bulan Januari," kata dia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement