Sabtu 20 Jan 2018 14:59 WIB

Dampak Shutdown AS ke Perdagangan dan Investasi di Indonesia

Shutdown pemerintahan AS diprediksi berlangsung hingga pekan kedua Februari 2018.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penghentian sementara operasional (shutdown) pemerintahan di Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan berpengaruh pada kinerja perdagangan Indonesia ke AS apabila berlangsung cukup lama. Shutdown pemerintahan di AS diprediksi berlangsung dari minggu ke empat Januari hingga minggu kedua Februari 2018.

"Secara spesifik jika shutdown berlangsung cukup lama kinerja perdagangan Indonesia ke AS berpotensi terganggu, sehingga kinerja ekspor Indonesia sepanjang 2018 berpotensi menurun," kata Ekonom Indef, Bhima Yudhistira kepada Republika.co.id, Sabtu (20/1).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017, porsi ekspor Indonesia ke AS mencapai 11,2 persen dari total ekspor atau senilai 17,1 miliar dolar AS. Pemerintah didesak untuk mempersiapkan mitigasi resiko salah satunya dengan memperluas pasar ekspor ke negara alternatif sehingga ketergantungan terhadap AS berkurang.

Dari sisi investasi langsung sepanjang Januari-September 2017 berdasar data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi AS di Indonesia berada di peringkat ke 4 sebesar 1,53 miliar dolar AS atau naik 1,1 miliar dolar AS dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Tren positif investasi AS pada tahun 2018 bisa terkoreksi akibat terjadinya shutdown, ditambah adanya reformasi kebijakan AS yang mulai berlaku efektif.

Menurut Bhima dengan kondisi tersebut, Pemerintah perlu terus melanjutkan reformasi investasi khususnya percepatan perizinan, deregulasi dan evaluasi insentif fiskal. "Harapannya efek negatif investasi AS yang berkurang bisa di off-set oleh kenaikan investasi dari negara lainnya," ujar Bhima.

Selain itu, dampak shutdown di pasar keuangan akan berimplikasi pada naiknya yield surat utang yang mencerminkan kenaikan resiko serta keluarnya modal asing dari negara berkembang. Perlu dicatat sepanjang 2017, berdasarkan laporan Bloomberg, dana asing yang keluar dari bursa saham (net sales) Indonesia mencapai 2,96 miliar dolar AS atau hampir Rp40 triliun.

Dalam jangka menengah, tekanan keluarnya dana asing menguat dipengaruhi oleh ancaman kenaikan suku bunga Fed rate sebanyak 3 kali hingga akhir tahun, instabilitas geopolitik, proteksionisme perdagangan AS, dan kenaikan harga minyak hingga 80 dolar per barel.

Dengan kondisi tersebut, motor pertumbuhan ekonomi yang berasal dari investasi dan ekspor bisa terpengaruh. Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2018 berada diangka 5,1 persen (year on year). Sementara suku bunga acuan 7 days repo rate diperkirakan akan tetap bertahan di 4,25 persen pada bulan Februari 2018 mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement