Kamis 18 Jan 2018 06:03 WIB

Bulog Tambah Gudang Komoditas

Stok beras miskin (raskin) di salah satu gudang BUlog.
Foto: Antara/Arief Priyono
Stok beras miskin (raskin) di salah satu gudang BUlog.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog pada tahun ini siap mengambah gudang penyimpangan komoditas pangan baik gabah, jagung maupun kedelai sehingga diharapkan BUMN pangan tersebut benar-benar menjadi lembaga logistik yang kuat. Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (17/1), mengatakan selama tahun lalu masih banyak kekurangan, misalnya kapasitas gudang yang ada belum optimal dengan baik.

Saat ini, tambahnya, Bulog memiliki 1.550 unit gudang yang berlokasi di 550 komplek gudang dengan kapasitas 3,9 juta ton beras. "Sampai tahun lalu, tidak seluruh gudang teroptimalkan dengan baik, karena berbagai hal. Beberapa yang dilakukan untuk gudang adalah perbaikan gudang yang memerlukan perbaikan. Kita bersihkan gudang dari di luar kepentingan Bulog," kata Djarot di sela-sela Media Gathering Forum Wartawan Bulog di Cirebon.

Selain itu, lanjut Djarot, pihaknya juga akan menambah unit gudang baru. Pada 2017 ada penambahan 35 unit gudang dengan kapasitas 3.500 ton beras. Jumlah itu akan terus ditambah pada tahun 2018.

Bukan hanya gudang flat, namun juga penambahan gudang vertikal berbentuk silo untuk kepentingan menyimpan beras, gabah, jagung dan kedelai. "Tujuan kita agar secara fisik, kita dapat meraih status menjadi Badan Logistik Komoditi," katanya.

Selain itu, Perum Bulog juga akan menambah fasilitas lain seperti alat pengemasan dan reproses beras, serta beberapa alat pendukung lainnya untuk kegiatan usaha lembaga pangan tersebut. "Salah satu kelemahan kita adalah memperbaiki kualitas. Karena itu tahun 2018 kita akan tambah alat kemas, alat reproses, dan beberapa alat pendukung," ujarnya.

Menurut dia, penambahan fasilitas tersebut karena komoditi seperti beras jika disimpan dalam jangka waktu lama, maka umurnya akan menua dan kualitasnya menurun, oleh karena itu agar kualitasnya bisa dikembalikan, perlu diproses ulang. Beberapa alat yang akan ditambah seperti alat pembuang debu, karena beras yang disimpan Bulog memiliki derajat sosoh 95 persen, sehingga akan tetap ada debu.

Dengan adanya alat atau mesin reproses tersebut Djarot berharap nantinya keluhan terhadap kualitas beras Bulog yang jelek akan makin berkurang. "Reproses dengan sosoh ulang. Beras akan kita poles kembali agar tampilan lebih bagus. Bukan persoalan bahaya atau tidak bahaya, tapi dari sisi tampilan supaya lebih cantik lagi," katanya.

Selain menambah alat-alat baru, Bulog juga akan merevitalisasi Unit Pengolahan Gabah Beras (UPGB) yang mana saat ini ada beberapa unit UPGB dari 131 unit yang dimiliki Bulog tidak beroperasi karena berbagai alasan. Djarot menyatakan, untuk UPGB yang rusak karena kurang perawatan, saat ini sudah dilakukan perbaikan.

Sedangkan untuk UPGB yang karena perubahan lingkungan, seperti di sekitar lingkungan penduduk, pihaknya akan merelokasi ke gudang lainnya. "Jadi selama Tahun 2018, kami akan menambah dryer, silo beras, jagung dan kedelai, dan tambahan gudang baru. Semua ini untuk perbaikan kualitas beras Bulog agar masyarakat tidak terima beras yang tidak baik," ujar Dirut Bulog.

Menyinggung anggaran untuk pengembangan infrastruktur logistik pada 2018, Djarot menyatakan, diperkirakan mencapai Rp3,2 triliun dengan rincian Rp2 triliun berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) sedangkan sisanya berasal dari anggaran Perum Bulog.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement