REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Medan menilai Sumut tidak memerlukan beras impor yang tengah diupayakan pemerintah sekarang. Kepala Kantor Perwakilan Daerah (KPD) KPPU Medan, Ramli Simanjuntak mengatakan, saat ini, Sumut sedang mengalami surplus beras.
"Impor itu tidak perlu untuk daerah yang surplus beras, seperti Medan dan Sulawesi. Impor beras untuk Sumut tidak penting, masukkan saja ke daerah lain. Yang kurang itu di mana, ya, di Jawa, Jakarta, Cipinang," kata Ramli saat melakukan sidak harga beras di Jl Sibayak, Medan, Rabu (17/1).
Ramli mengklaim, stok beras di Sumut kini dalam kondisi aman. Harga beras di tingkat distributor pun, ujarnya, perlahan turun karena akan memasuki musim panen pada Februari mendatang.
"Kemarin itu ada kenaikan karena pasokan agak berkurang. Sekarang pasokan sudah banyak, malah mau musim panen. Minggu lalu ada naik sampai Rp 14 ribu dan sekarang ada penurunan. Jangan sampai ada kenaikan lagi," ujar dia.
Menurut Ramli, kenaikan harga beras beberapa waktu terakhir dipicu oleh harga yang naik di pasar induk beras Cipinang, Jakarta. Pedagang di daerah lain pun, ujarnya, ikut menaikkan harga beras yang mereka jual. "Informasi yang kami dapat karena ikut-ikutan dari Cipinang. Di sana naik, pedagang ikut menaikkan harga. Maunya pasar induk beras jangan hanya di Cipinang, biar ada perbandingan," kata Ramli.
Saat ini, harga beras premium di tingkat distributor berkisar Rp 12.500, sementara beras medium Rp 9.500. Beras yang didapat para distributor berasal dari beberapa daerah di Sumut, seperti Tanjung Balai, Sibolga, Tebing Tinggi, dan Deli Serdang. "Sekarang ini stok masih aman dan belum ada kendala," kata salah seorang distributor, Ageng.
Baca juga: TPID Jateng Gandeng Bulog Tekan Inflasi Akibat Harga Beras