REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei Perbankan yang dilakukan Bank Indonesia mengindikasikan, pada kuartal I-2018, pertumbuhan kuartalan (qtq) kredit diperkirakan masih meningkat, meskipun tidak setinggi kuartal sebelumnya. Hal itu tercermin dari SBT permintaan kredit baru sebesar 92,8 persen, lebih rendah dari 94,3 persen pada kuartal sebelumnya.
Meski tidak setinggi kuartal sebelumnya, tetapi SBT kuartal I-2018 masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2017 (SBT 52,9 persen) dan 2016 (SBT 31,3 persen). "Perkiraan menguatnya pertumbuhan ekonomi, rencana penurunan suku bunga kredit, dan penurunan risiko penyaluran kredit menjadi faktor utama yang mendorong optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit kuartal I-2018," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, melalui siaran pers, Selasa (16/1).
Prioritas utama perbankan dalam penyaluran kredit baru kuartal I-2018 adalah kredit modal kerja, terutama nasabah yang bergerak pada sektor perdagangan besar dan eceran, sektor industri pengolahan, dan sektor perantara keuangan. Sementara untuk jenis kredit konsumsi, prioritas utama perbankan pada penyaluran kredit untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)/ Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kredit Tanpa Agunan (KTA).
Sejalan dengan perkiraan meningkatnya penyaluran kredit pada kuartal I-2018, kebijakan penyaluran kredit diperkirakan lebih longgar. Hal itu tercermin dari Indeks Lending Standar sebesar 10,9 yang lebih rendah dibandingkan 14,4 pada kuartal IV-2017. "Kebijakan yang lebih longgar terutama pada aspek suku bunga kredit yang lebih rendah, jangka waktu kredit lebih panjang dan biaya persetujuan kredit yang lebih murah," ujarnya.
Survei juga mengindikasikan, pada kuartal I-2018, Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal itu tecermin dari SBT pertumbuhan DPK sebesar 60,0 persen, lebih rendah dibandingkan 91,4 persen pada kuartal sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan DPK diperkirakan terjadi pada semua jenis simpanan, terutama dipengaruhi risiko likuiditas perbankan yang diperkirakan lebih baik dari kuartal sebelumnya.
Responden optimistis pertumbuhan kredit untuk keseluruhan tahun 2018 menguat dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata responden memperkirakan kredit 2018 tumbuh sebesar 11,8 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan 7,7 persen (yoy) posisi November 2017. "Optimisme penyaluran kredit tersebut terutama didorong oleh perkiraan kondisi ekonomi 2018 yang lebih baik dari tahun sebelumnya, penurunan suku bunga kredit, penurunan risiko penyaluran kredit dan penurunan risiko likuiditas perbankan dari tahun sebelumnya," ujarnya.
Baca juga: Survei BI: Permintaan Kredit Baru Meningkat