Jumat 12 Jan 2018 17:47 WIB

Terkena Sentimen Negatif, IHSG Ditutup Melemah

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Indira Rezkisari
Refleksi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/12).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Refleksi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan bursa saham Indonesia cukup positif sejak dibuka tadi pagi. Hanya saja jelang penutupan perdagangan di akhir pekan ini, Jumat, (12/1), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru merosot ke zona merah.

Hal itu pun membuat indeks saham ditutup melemah. Dengan penurunan sebesar 0,24 persen atau 16,27 poin ke level 6.270,06.

Sebelumnya pada pembukaan, IHSG dibuka menguat tipis 0,08 persen atau 5,13 poin di level 6.391,47. Penguatan terus terjadi hingga 0,16 persen ke 6.396 pada pukul 10.00 WIB.

Sayangnya IHSG kembali menguat tipis pada akhir perdagangan sesi I. Kenaikan indeks saham hanya 0,1 persen di level 6.386,44.

Kemudian pada awal perdagangan sesi II, kenaikan indeks saham semakin tipis yakni hanya 0,04 persen ke 6.388. Jelang penutupan, IHSG langsung berbalik melemah sekitar 0,24 persen ke level 6.370.

Tidak hanya IHSG, sejumlah indeks lainnya juga ditutup di zona merah. Indeks LQ45 ditutup melemah 0,226 persen atau 2,4 poin di level 1.082,5. Selanjutnya, Jakarta Islamic Indeks (JII) negatif pula dengan penurunan mencapai 0,48 persen atau 3,64 poin di level 754,682.

Danpac Sekuritas menyebutkan, ada beberapa faktor yang memengaruhi pasar hari ini. Di antaranya bursa saham Amerika Serikat (AS) yang kembali mencetak rekor tertinggi serta bursa saham Eropa yang melemah pada akhir perdagangan kemarin menyusul aksi jual di pasar obligasi dan penguatan kurs euro.

Sementara itu faktor dari dalam negeri, kegiatan dunia usaha kuartal IV 2017 kemungkinan tumbuh lebih lambat dibandingkan kuartal III 2017. Hal itu terindikasi dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia sebesar 7,4 persen. Angka itu lebih rendah dibanding kuartal III 2017 yang mencapai 14,32 persen.

"Perlambatan yang terjadi itu, sesuai dengan pola musimannya. Menengok tren tiga tahun ke belakang, pertumbuhan kegiatan di kuartal keempat selalu lebih rendah dibandingkan kuartal ketiganya," tutur Danpac Sekuritas melalui market outlooknya, Jumat, (12/1).

Danpac Sekuritas menjelaskan, perlambatan kegiatan usaha di tiga bulan terakhir 2017, terjadi karena perlambatan pada hampir seluruh sektor kecuali listrik, gas, air bersih, pengangkutan, serta komunikasi. Sedangkan penurunan terparah terjadi pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan kehutanan, dan perikanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement