REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat (12/1), bergerak menguat sebesar 11 poin menjadi Rp13.384 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.395 per dolar AS. Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa mata uang rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS, sentimen kebijakan moneter Amerika Serikat masih menjadi perhatian pelaku pasar sehingga menahan laju dolar AS.
"Sentimen dari pengurangan pengetatan kebijakan ekonomi AS membuat pelaku pasar mempertimbangkan untuk keluar sementara dari aset berdenominasi dolar AS," katanya di Jakarta, Jumat (12/1).
Ia menambahkan bahwa mata uang di kawasan Asia dan Eropa yang juga mengalami apresiasi juga memberi imbas positif bagi mata uang rupiah untuk melanjutkan kenaikan terhadap dolar AS. Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang kembali menguat juga menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang rupiah untuk terapresiasi terhadap dolar AS.
"Naiknya harga minyak mentah bisa menjadi sentimen penguatan rupiah," katanya.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Jumat (12/1) ini berada di level 63,63 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 69,27 dolar AS per barel.
Ia menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri cukup kondusif, kegiatan usaha pada kuartal pertama 2018 diperkirakan semakin meningkat terlihat dari hasil Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang diperkirakan naik menjadi 13,96 persen. "Kenaikan itu diikuti dengan rencana penggunaan tenaga kerja yang lebih banyak," katanya.