REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia terus menguat pada akhir perdagangan Selasa (9/1) atau Rabu (10/1) pagi WIB, dengan minyak AS mencapai tingkat tertinggi tiga tahun, ketika para pedagang menunggu data resmi di stok minyak mentah AS yang akan dirilis pada Rabu (10/1) waktu setempat.
Laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (10/1) waktu setempat diperkirakan akan menunjukkan stok minyak negara itu turun selama delapan minggu berturut-turut, yang akan menjadi penurunan beruntun terpanjang dalam beberapa tahun terakhir.
Para investor juga terus memantau laporan bulanan EIA yang dirilis pada Selasa (9/1), yang menaikkan perkiraan harga 2018 pada West Texas Intermediate (WTI) dan harga minyak mentah Brent serta produksi AS. EIA mengatakan harga spot minyak mentah WTI diperkirakan mencapai rata-rata 55,33 dolar AS per barel pada 2018 dan 57,43 dolar AS per barel pada 2019, sementara harga minyak mentah Brent diperkirakan mencapai rata-rata 59,74 dolar AS per barel pada 2018 dan 61,43 dolar AS per barel pada 2019.
Sementara itu, rata-rata produksi minyak mentah AS diperkirakan mencapai 9,3 juta barel per hari pada 2017 dan diperkirakan mencapai rata-rata 10,3 juta barel per hari pada 2018, yang akan menandai produksi rata-rata tahunan tertinggi dalam sejarah AS, menurut EIA.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari meningkat 1,23 dolar AS menjadi menetap di 62,96 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, setelah menyentuh level tertinggi sejak Desember 2014 di 63,24 dolar AS per barel.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret, bertambah 1,04 dolar AS menjadi ditutup pada 68,82 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, setelah mencapai titik tertinggi sesi di 69,08 dolar AS, tertinggi sejak Mei 2015. Kedua kontrak tersebut mencatat penutupan terkuat sejak Desember 2014.
Harga minyak naik tipis pada Selasa (9/1), dengan harga minyak mentah AS menyentuh level tertinggi sejak Desember 2014, didukung oleh penurunan produksi OPEC dan ekspektasi bahwa persediaan minyak mentah AS telah turun selama delapan minggu berturut-turut.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, mempertahankan batas pasokan mereka di tempat pada 2018, tahun kedua pengekangan, untuk mengurangi kelebihan pasokan global dan menopang harga minyak.