Rabu 10 Jan 2018 00:33 WIB

Harga Beras Medium Capai Rp 12.500-Rp 13.000 per Kg

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Budi Raharjo
Pedagang beras (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pedagang beras (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BANYUMAS -- Harga beras di pasaran wilayah Kabupaten Banyumas, terus melonjak naik. Pada Selasa (9/1), harga beras kualitas medium yang banyak dikonsumsi masyarakat sudah mencapai Rp 12.500-Rp 13.000 per kg. Sementara untuk kualitas premium, sudah mencapai Rp 13.500-Rp 1.4000 per kg.

''Harga beras memang terus mengalami kenaikan. Bahkan sekarang kami juga sudah mulai kesulitan mendapatkan beras untuk dijual,'' jelas Rani (54), seorang pedagang beras pasar Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas.

Dari pengamatan, beberapa supermarket di Kota Purwokerto yang biasanya juga cukup banyak memajang beras premium dalam kemasan kantong 5 kg, aat ini juga sudah tidak seperti biasanya. Pengelola toko hanya memajang tujuh kantong di lokasi penjualan berasnya.

Produk beras kemasan kantong plastik 5 kg seperti merek Maknyus, bahkan sudah tidak dijual. ''Iya, memang sejak sebulan lalu kami tidak lagi banyak menjual beras kemasan. Kami tidak tahu kenapa,'' jelas seorang pelayan toko Rita di komplek Ishola Purwokerto.

Melonjaknya harga beras ini, banyak dikeluhkan masyarakat. Warsem (54), warga Desa Sawangan Kecamatan Patikraja mengaku, mahalnya harga beras membuat pengeluaran keluarganya makin bertambah.

''Sebelumnya, kami tidak pernah membeli beras karena suami saya petani. Namun sejak panen April 2017 lalu, baru pada bulan Desember 2017 sawah kami bisa ditanami lagi. Sedangkan beras hasil panen April sudah habis, sehingga harus membeli saat harga beras justru sedang mahal,'' jelasnya.

Dari pemantauan di pedesaan, harga gabah kering giling di tingkat petani saat ini juga melonjak drastis. Bila pada musim panen GKG hanya dihargai Rp 450 ribu per kwintal, saat ini melonjak hingga Rp 650 ribu per kwintal.

Meski demikian, harga gabah yang tinggi tersebut tidak banyak dinikmati petani. ''Gabah yang kami miliki untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja tidak cukup, kok mau menjual. Apa yang mau dijual?,'' kata Sardi (70), petani di Desa Pegalongan Kecamatan Patikraja.

Kelangkaan gabah yang dijual petani, dibenarkan kalangan padagang. Eli Martono, seorang pedagang beras di Desa Margasana Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas yang biasa membeli gabah petani, mengakui saat ini memang sedang musim peceklik.

''Sekarang sangat sulit mencari petani yang menjual gabahnya. Kebanyakan petani sudah tidak menyimpan stok lagi. Kalau saat musim panen sedikitnya saya bisa membeli 1 ton gabah per hari, sekarang belum tentu bisa mendapatkan 1 ton dalam 1 seminggu,'' jelasnya.

Dengan kondisi seperti ini, dia menilai wajar bila harga gabah dan beras melonjak. ''Wong nyari barangnya saja susah, ya wajar kalau harganya naik,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement