REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menjanjikan optimisme pada 2018. Meski menghadapi tahun politik, beberapa momen besar lain bisa membawa sentimen positif bagi investor.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, Insyaallah, kondisi politik dan keamanan kondusif dan terjaga karena akan ada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 serentak. Kalau itu bisa dijaga, pertumbuhan ekonomi bisa positif. Lembaga-lembaga internasional dan pemerintah juga memprediksi pertumbuhan 2018 di atas lima persen, maksimal 5,4 persen.
''Sentimen 2018 banyak bukan hanya Pilkada, ada Asian Games, pertemuan IMF dan Bank Dunia bisa membawa sentimen positif domestik,'' kata Nafan, Kamis (4/1) lalu.
IHSG masih bisa mencapai level 7.033. Sektor penopang selain infrastruktur dan konstruksi, adalah konsumer, pertambangan, dan keuangan. Sektor keuangan masih baik karena mitigasi risiko, efisiensi, dan perbaikan kualitas aset yang sektor ini lakukan.
''Kami yakin IHSG dapat mencapai level 7.033 selama fundamental makro ekonomi stabil,'' ujar Nafan.
Sentimen eksternal pun terbilang banyak. Kebijakan The Fed akan jadi perhatian terkait ekonomi global. Kalau Indonesia tidak bisa mengantisipasi dengan baik, misalnya menahan atau menaikkan 7-Days Repo Rate, meski pun itu kondisional.
Isu lain adalah pertemuan OPEC untuk stabilisasi harga minyak dunia. Harga minyak diprediksi akan naik ke kisaran 75-80 dolar Amerika Serikat (AS) per barel. Faktornya banyak, salah satunya isu di Timur Tengah. Selain konflik Palestina-Israel, ada pula kasus Qatar dan ketegangan di Iran soal nuklir.
Sentimen lain adalah negosiasi Uni Eropa dengan Inggris pasca Brexit yang diprediksi baru bisa rampung pada 2019. Krisis di Semenanjung Korea saat ini sudah kondusif dengan adanya dialog. Hanya saja bila gagal, akan muncul ketidakstabilan global. Pemilu Rusia 2018 juga menarik dicermati karena akan memengaruhi hubungan dengan AS.
Harga komoditas juga diprediksi akan stabil. Ini harusnya membawa dampak positif untuk IHSG. Selain itu, kebijakan populis misalnya pembangunan infrastruktur strategis secara masif dan meningkatkan bantuan sosial untuk menguatkan daya beli juga dapat berdampak positif untuk IHSG.
''Pertumbuhan IHSG sering seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Apalagi kontribusi konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi lebih dari 50 persen,'' kata Nafan.
Bursa Efek Indonesia mencatat, pekan pertama Januari 2017 IHSG ditutup di level 5.347,02. Pada medio Maret 2017, IHSG mencetak rekor penutupan tertinggi di level 5.540,43. Pada awal April 2017, IHSG menembus level psikologis dengan naik ke level 5.676,98 atau menguat 7,18 persen sejak awal 2017.
IHSG terus melaju menuju angka 6.000. Menjelang akhir Oktober 2017, IHSG benar-benar melampaui angka psikologis tersebut dengan ditutup pada level 6.025,43 atau menguat 13,76 persen sejak awal 2017. Di akhir kuartal empat 2017 di hari terakhir bursa pada 29 Desember 2017, IHSG ditutup di level tertingginya, 6.355,65.
Advertisement