REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rangka memenuhi kebutuhan data ekonomi kreatif (ekraf), Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) kembali menjalin kerjas ama penyusunan data ekraf dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Kerja sama yang dilakukan tahun 2017 ini dilakukan untuk mengukur kinerja sektor ekonomi kreatif di tahun sebelumnya.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf mengatakan, kerja sama ini dilakukan demi menjaga kesinambungan yang dapat memperkaya data ekraf Indonesia. Data Statistik Ekraf diharapkan dapat menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan strategis pengembangan ekraf Indonesia. "Sekaligus sebagai tolak ukur efektivitas dari program-program strategis yang sudah dilakukan Bekraf," ujar Triawan melalui siaran tertulis kepada Republika.co.id, Sabtu (30/12).
Hasil pengukuran data statistik menunjukkan kinerja ekraf Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan sepanjang tahun sebelumnya. Produk Domestik Bruto (PDB) ekraf pada tahun 2016 naik mencapai Rp 922,58 triliun dengan nilai kontribusi terhadap PDB Nasional sebesar 7,44 persen, atau meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 852,56 triliun atau 7,38 persen terhadap PDB nasional. Angka ini juga diiringi dengan pesatnya laju pertumbuhan Ekraf sebesar 4,95 persen di tahun 2016 dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sekitar 4,41 persen.
Kenaikan juga terjadi di aspek tenaga kerja (TK). Aktivitas pada sektor ekraf tahun 2016 mampu menyerap tenaga kerja hingga mencapai 16,91 juta orang (14,28 persen terhadap TK Nasional) atau tumbuh 5,95 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang hanya sebesar 15,9 juta orang (13,9 persen terhadap TK Nasional) dengan pertumbuhan sekitar 5,22 persen.
Ekonomi kreatif juga memberikan sumbangan devisa yang signifikan bagi Negara. Nilai ekspor ekraf di tahun 2016 naik menjadi 19,98 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 19,36 miliar dolar AS.
Dengan naiknya nilai kontribusi ini, Triawan optimistis ke depannya ekonomi kreatif dapat berkembang lebih maju seiring membaiknya ekosistem ekraf Indonesia. "Hal ini sejalan dengan keinginan Bapak Presiden untuk menjadikan ekonomi kreatif sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia," ujarnya.
Kerja sama ini merupakan kali kedua Bekraf melalui Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan berkolaborasi dengan BPS dalam menyusun data ekraf. Hasil Survei BPS-Bekraf pada tahun berjalan akan dipublikasikan di akhir tahun berikutnya.
"Sehingga kinerja sektor Ekonomi Kreatif tahun ini nanti akan disajikan di akhir tahun 2018," katanya.
Untuk tahun ini, ruang lingkup kerjasama BPS-Bekraf meliputi updating data makro Ekraf (PDB, tenaga kerja dan ekspor), profil usaha subsektor berdasarkan Sensus Ekonomi 2016, Aktivitas Ekraf dalam Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia (KBJI), data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Tabel Input-Output (I-O) Ekraf.