Senin 25 Dec 2017 16:11 WIB

Sempat Turun, Harga Minyak Goreng Naik Lagi

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Budi Raharjo
Minyak goreng
Foto: Prayogi/Republika
Minyak goreng

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Harga pangan belum mengalami penurunan. Bahkan, kenaikan kembali terjadi untuk beberapa komoditas pangan.

"Pagi ini lagi naik-naiknya permintaan," ujar Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia Abdullah Mansuri saat dihubungi Republika, Senin (25/12).

Telur menjadi salah satu komoditas yang mengalami kenaikan harga signifikan. Saat ini telur dijual pada angka Rp 30 ribu per kilogram (kg). Padahal, diakui Abdullah, biasanya telur dijual pada harga Rp 19 ribu per kg. Begitu juga dengan daging ayam yang nai dari Rp 35 ribu per kg menjadi Rp 38 ribu per kg.

Cabai rawit hijau naik Rp 2 ribu per kg hari ini. Pada Ahad (24/12), harga cabai rawit hijau berada di angka Rp 30.500 hingga Rp 30.800 per kg. Kini harga cabai rawit hijau sudah mencapai Rp 32.900 per kg. "Rata-rata hari ini tinggi banget naiknya," tegas dia.

Harga cabai merah keritng yang awalnya Rp 30 ribu per kg kini dijual Rp 32.500 per kg. Minyak goreng yang sempat mengalami penurunan menjadi Rp 12.500 kini kembali naik di angka Rp 14.800. Beras dan gula juga mengalami kenaikan sekitar Rp 500 per kg. "Bawang ini naik padahal sebenarnya stok bawang itu cukup," ujar dia.

Menurutnya, berdasarkan pengecekan yang ia lakukan di petani, stok bawang merah ada. Hanya saja, harga beli di petani yang masih jatuh membuat mereka enggan menjual ke kota. "Daging juga hampir semua naik. Setelah tahun baru (baru turun; red)," katanya.

Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Informasi Pertanian Suwandi menegaskan produksi beras di Tanah Air melimpah. Bahkan sejak 2016 tidak lagi melakukan impor beras.

Hingga saat ini pun panen masih berlangsung. Itu artinya, produksi tetap dijaga dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan untuk masyarakat. "Tidak impor bawang merah dan cabai segar juga," katanya.

Untuk bawang merah, pada Januari hingga November 2017 sudah melakukan ekspor total mecapai 7.561 ton atau naik 927 persen dibanding periode sama tahun lalu. Sementara itu, pada tahun ini pihaknya tidak lagi melakukan impor jagung pakan ternak. "Dulu 2015 impor jagung skitar 3,5 juta ton," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement