Rabu 03 Jan 2018 05:37 WIB

Masa Sulit Kini Telah Berlalu

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Dwi Murdaningsih
 Ahmad Yusron (29), salah satu petugas sekuriti pabrik PT Semen Indonesia di Kabupaten Rembang.
Foto: republika/bowo pribadi
Ahmad Yusron (29), salah satu petugas sekuriti pabrik PT Semen Indonesia di Kabupaten Rembang.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG --  Perawakannya cukup kekar meski tinggi badannya tak lebih dari 165 centimeter. Sorot matanya pun sangat tajam dengan sepasang alis tebal. Kesan tegas semakin menyeruak dengan warna kulit sawo matang yang cenderung gelap.

Sosoknya jamak terlihat berdiri tegap dengan rompi kuning bertuliskan ‘security’, di gerbang utama lingkungan tapak pabrik PT Semen Indonesia, di wilayah Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Sambil sesekali memantau suara Handy Talkie (HT) yang tergantung di pinggang kirinya, pria berseragam biru- biru dan bersepatu ‘PDL’ ini pun tetap sigap membuka tutup portal, manakala ada kendaraan yang keluar masuk lingkungan pabrik.

Termasuk saat harus mengecek surat jalan dan dokumen muatan yang dibawa awak truk atau saat mengarahkan para tamu untuk melapor ke pos penjagaan di akses utama masuk ke dalam lingkungan pabrik ini.

Ia adalah Ahmad Yusron (29), salah satu petugas sekuriti pabrik PT Semen Indonesia di Kabupaten Rembang yang direkrut dari warga Ring I, pabrik semen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini.

Warga Desa Timbrangan, Kecamatan Gunem ini sudah mengabdi sebagai petugas keamanan sejak tahun 2014 lalu. “Pokoknya sejak, proses pembangunan awal pabrik semen ini,” ujar dia, Ahad (24/12).

Yusron, sapaan akrabnya mengaku bersyukur, sejak dipekerjakan oleh PT Semen Indonesia ini kehidupannya telah jauh berubah. Tak terkecuali separuh pemuda Desa Timbrangan, yang juga direkrut untuk dipekerjakan pada pembangunan pabrik semen ini.

Ia pun mengenang masa-masa sulit, yang pernah dialaminya lima tahun silam. Sebagai pemuda desa yang hanya mampu menamatkan pendidikan dasar, waktunya pun banyak dihabiskannya untuk menganggur.

Sudah pasti persoalan utama yang dihadapinya adalah skil atau ketrampilan. Hanya sesekali ia membantu orang tua menggarap lahan di hutan milik Perum Perhutani.

Bapak satu anak ini juga pernah mencoba peruntungan dengan merantau untuk bekerja hingga ke Kota Surabaya. Kembali persoalan skil menjadi kendala baginya untuk bisa bertahan  hidup jauh dari kampung halaman.

Karena hanya berbekal ketrampilan berkebun, ia pun sempat bekerja di salah satu penyedia jasa pembuat taman di ‘Kota Pahlawan’ tersebut. Namun, situasi berubah saat PT Semen Indonesia merekrut pemuda desa untuk dipekerjakan di pabrik semen pada tahun 2014.

Tak hanya dirinya, namun juga ada sejumlah pemuda Desa Timbrangan lainnya yang direkrut. Kebetulan dia dipekerjakan di bagian sekuriti. Ia bertugas menjaga keamanan pabrik PT Semen Indonesia satu shift dalam sehari, Selain bertugas di pos keamanan utama, ia juga memiliki kewajiban untuk melakukan pengecekan keamanan di semua lingkungan pabrik.

Lainnya ada di pabrik, anak perusahaan yang melakukan aktivitas di pabrik Rembang. Pun demikian para pemuda dari warga Desa Ring 1 pabrik lainnya seperti Desa Kajar, Desa Kadiwono, Desa Tegaldowo serta Desa Pasucen. “Masa- masa sulit itu kini telah berlalu, karena untuk bisa sekolah warga Ring 1 ini dulu sangat sulit,” katanya.

Baginya ini patut disyukuri Karena para pemuda yang dulunya menganggur atau warga desa yang tak punya penghasilan tetap, kini telah bekerja dan kini telah memiliki penghasilan yang tetap. Keberadaan pabrik semen ini telah memberdayakan warga sekitarnya dan mengurangi angka pengangguran di lima desa yang ada di kawasan Ring I pabrik. “Ini baru dari sisi penyerapan tenaga kerja,” kata Yusron.

Bupati Rembang Abdul Hafid mengatakan, angka kemiskinan di Kabupaten Rembang tahun ini masih di atas 15 persen, dari total jumlah penduduk di daerahnya. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang menargetkan angka kemiskinan turun hingga 11 persen pada tahun 2020 nanti.

Untuk itu keberadaan perusahaan BUMN, PT Semen Indonesia di Rembang cukup penting. “Khususnya dalam rangka penyerapan angka kesempatan kerja di wilayah Rembang ini,” katanya.

Tokoh warga Tegaldowo, Dwi Joko Supriyanto mengakui, hingga saat ini keberadaan PT Semen Indonesia di Rembang telah membawa dampak perubahan yang pesat. Tak terkecuali di Desa Tegaldowo. “Desa Tegaldowo sebelum kehadiran pabrik semen ini merupakan desa miskin di Rembang. Sekarang warga sudah merasakan beberapa kemanfaatan dengan hadirnya PT Semen Indonesia,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement