REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Kementerian Pertanian memastikan selama 2017 ini, ketahanan pangan tetap terjaga. Salah satu indikatornya, wilayah sentra padi mengalami surplus hasil produksi. Salah satunya di Kabupaten Subang. Di wilayah ini, setiap bulannya mengalami panen padi.
Kepala Balai Karantina Kementerian Pertanian yang juga merupakan Kepala Tim Upsus Pajale Jabar, Banun Harpini, mengatakan, Rabu ini, pihaknya turun langsung ke lapangan guna memastikan hasil panen padi yang diperoleh petani. Wilayah sasarannya, yaitu Kampung Tegalkoneng, Desa Salamjaya, Kecamatan Pabuaran, Subang. Ternyata, hasil panennya cukup mengggembirakan.
"Di saat musim paceklik, petani di kampung ini mampu menghasilkan gabah sebanyak 7,2 ton per hektarenya. Adapun luasannya mencapai 600 hektare, " ujar Banun, kepada Republika.co.id, Rabu (20/12).
Menurut Banun, hasil produksi sebanyak 7,2 ton ini bukan tanpa perjuangan. Hal ini mengingat, para petani di wilayah ini sebelumnya diberi pengetahuan mengenai perlakuan khusus selama musim rendeng ini. Termasuk mengenai pemakaian varietas yang tepat digunakan selama musim penghujan ini.
Panen yang saat ini sedang dilakukan para petani di Desa Salam Jaya ini, kata Banun, merupakan hasil dari pengawasan pihaknya sejak Mei 2017 lalu. Saat itu, petani diedukasi untuk memersiapkan masa tanam rendeng ini. Ketika masuk rendeng, para petani tersebut sudah bisa mengaplikasikan hasil pembinaan itu.
Adapun varietas yang digunakan para petani ini, kata dia, yaitu Inpari 30, Mekongga, dan sebagian masih Ciherang. Petani menggunakan Inpari 30 karena, varietas ini lebih tahan terhadap serangan hama wereng serta bisa bertahan dalam suhu yang lembab sehingga, cocok digunakan selama musim rendeng.
Dengan hasil panen ini, kata dia, maka ketersediaan bahan pangan sangat mencukupi. Bahkan, Jabar mampu menjaga kestabilan bahan pangan selama 2017 ini. Tak hanya padi, pihaknya juga terus menggenjot peningkatan produksi bahan pangan lainnya seperti jagung dan kedelai.
"Lahan sawah kita di Jabar ada 929 ribu hektare. Rata-rata produksi selama 2017 ini mencapai 5,5 ton per hektare. Dengan hasil produksi ini, ketersediaan bahan pangan sangat mencukupi," ujarnya.
Sementara itu, Tarjana (50 tahun), petani asal Kampung Tegalkoneng, Desa Salamjaya, Kecamatan Pabuaran, mengaku sangat bahagia sebab disaat musim paceklik ini sawahnya bisa panen. Adapun hasilnya cukup menggembirakan yakni 7,2 ton per hektare. "Petani lain justru sedang bersedih, karena padinya terserang virus. Jadi, hasilnya menurun. Tetapi, alhamdulillah kita masih bisa panen dengan hasil yang tinggi," ujarnya.
Tarjana mengaku, setelah panen ini dirinya akan langsung tanam kembali. Sebab, ketersediaan air cukup melimpah. Dengan begitu, selama tahun ini areal sawah tidak pernah libur produksi.