REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG -- Petani sayuran di kawasan Teluknaga Tangerang berhasil mengembangkan budi daya melon dengan nilai ekonomis tinggi, salah satunya adalah varietas Alisha F1 yang mampu berproduksi 49-54 ton per hektare.
"Varietas F1 Alisha memiliki kulit kuning halus tanpa net memiliki daging renyah dan sangat manis, tingkat kemanisannya mencapai 17 brix," kata Ketua Kelompok Petani Teluknaga, Suratman, di Kabupaten Tangerang, Senin (18/12).
Suratman mengatakan, melon kuning memiliki nilai ekonomis tinggi, hasil panen yang tinggi dan buah yang kualitasnya sangat bagus sehingga akan meningkatkan pendapatan petani.vIa menjelaskan tahun ini kelompoknya telah berhasil menanam dua melon yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, yaitu ALISHA F1 dan STELLA F1.
Kedua melon yang berkulit kuning tersebut benihnya diproduksi oleh PT East West Seed Indonesia (Ewindo) atau Cap Panah Merah. "Kami sangat bangga karena membudidayakan melon kuning tidaklah mudah, memerlukan perawatan dan perhatian besar dan penuh ketelitian," kata Suratman.
Menurut Suratman, banyak faktor yang harus diperhatikan petani selama proses budi daya. Mulai dari pemilihan waktu tanam, faktor iklim dan cuaca, pengolahan lahan hingga antisipasi terhadap serangan hama dan penyakit.
Salah satu serangan penyakit yang menakutkan petani adalah serangan virus gemini. "Virus yang dibawa oleh serangga kutu kebul (Bemisia tabaci) sangat mudah menular dan merusak tanaman hingga gagal panen dan tidak dapat berproduksi sama sekali," jelas dia. Alisha F1 merupakan varietas unggul tahan terhadap virus gemini dan berproduksi tinggi meski di musim kemarau.
Hal ini juga dibenarkan Sales and Marketing Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo), Afrizal Gindow yang mengatakan, salah satu kunci keberhasilan kelompok petani Teluknaga tersebut adalah melon varietas Alisha F1 dan Stella F1 memiliki ketahanan yang sangat tinggi terhadap serangan virus gemini. Kedua varietas melon hibrida tersebut adalah hasil penelitian bertahun-tahun yang dilakukan oleh perusahaan.
Menurut Afrizal, selain bertujuan untuk mendorong produktivitas petani melon, upaya untuk menemukan varietas tahan virus gemini ini juga didasari keprihatinan atas terbatasnya jumlah petani melon yang disebabkan tingginya resiko bertanam melon akibat serangan virus.
"Melalui varietas baru ini dan pendampingan oleh petugas Ewindo selama proses budidaya diharapkan dapat mengurangi tingginya resiko tersebut," kata Afrizal.
Afrizaljuga optimistis melalui upaya penelitian, program alih teknologi dan pendampingan yang dilakukan oleh Ewindo secara terus menerus, kami optimistis ketahanan pangan di Indonesia khususnya untuk hortikultura dapat tercapai. "Lebih dari itu melalui upaya yang terintegrasi tersebut kesejahteraan petani sayuran diharapkan terus meningkat," ujar Afrizal.
Afrizal Gindow mengatakan, dalam mengembangkan lahan pertanian, Ewindo tidak sekedar menyiapkan benih namun juga melakukan inovasi agar tanaman nantinya tahan terhadap serangan virus. Virus gemini yang menyerang melon biasanya dalam waktu 40 hari daun akan menguning serta tanaman yang diserang tidak akan menghasilkan buah, dengan varietas baru ini tanaman melon tahan terhadap virus gemini, jelas dia.
Afrizal mengatakan, apa yang dilakukan Suratman dan petani lain di Teluk Naga sudah expert karena berhasil mengembangkan melon, sedangkan untuk pemula biasanya bertani sayuran daun seperti kangkung, bayam, chaisim. Sedangkan expert harus bisa menanam melon, timun, lebih tinggi lagi harus bisa bertanam tomat, bawang, dan cabai.
Sedangkan Kabid Pertanian Dinas Pertanian dan Perternakan Kota Tangerang Selatan, Muhamad Ramdan mengatakan sebagai mantan mantri tani di Kabupaten Tangerang tahun 1992 lokasi Teluk Naga memang merupakan lahan pertanian potensial yang mendapat dukungan irigasi teknis.
Menurut dia lahan irigasi teknis tersebut saat itu dibangun dari pinjaman luar negeri serta nilainya sangat mahal, sehingga seharusnya lahan-lahan pertanian di Teluk Naga terus dipertahankan sampai saat ini, jangan dibiarkan beralih fungsi atau bahkan terbengkalai (lahan tidur).
Ramdan mengatakan, sayuran yang banyak dikonsumsi warga Jakarta sebagian besar dipasok dari lahan pertanian di Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang bukanlah dari Jawa Barat. Sehingga apa yang diaksanakan Ewindo bersama petani di Teluk Naga seharusnya diberikan dukungan.
Ramdan mengatakan, Pemkot Tangerang Selatan secara rencana tata ruang wilayah tidak memiliki lahan pertanian karena irigasi teknis tidak ada lagi. Padahal seharusnya semua pemerintah kabupaten/kota memiliki lahan pertanian sebagai syarat swasembada pangan.
Ramdan mengajak petani di Teluk Naga dapat memanfaatkan lahan di Puspiptek Kota Tangerang Selatan seluas 50 hektare yang dapat ditanami apa saja. PT East West Seed Indonesia (Ewindo) didirikan pada tahun 1990, memiliki misi untuk menyediakan benih berkualitas tinggi untuk meningkatkan pendapatan petani dan memperbesar konsumsi sayuran.
Sampai dengan 2017 Ewindo telah bermitra dengan sekitar 12.500 petani produksi benih yang tersebar di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur, dan kurang lebih 62.500 tenaga kerja polinator yang bekerja pada petani produksi. Selain itu Ewindo juga membina lebih dari 10 juta petani komersial yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Ewindo didukung 100 persen karyawan lokal termasuk peneliti dalam negeri. Hingga saat ini Ewindo telah menghasilkan lebih dari 150 varietas benih unggul yang diterima dengan baik oleh pasar dan konsumen, Ewindo juga telah mendapatkan sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, ISO 9001:2008 dan akreditasi dari International Seed Testing Association.