Jumat 15 Dec 2017 18:19 WIB

Industri Animasi Kesulitan Cari Pendanaan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Satya Festyiani
Film animasi Aladdin
Foto: dok Disney
Film animasi Aladdin

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Ketua Asosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia (Ainaki), Adrian Elkana menyambut baik usulan Bank Indonesia Perwakilan DKI Jakarta untuk mengembangkan perekonomian baru dengan digital animasi. Dengan adanya usulan ini, ia berharap kendala yang selama ini dihadapi pelaku industri animasi untuk maju, dapat terpecahkan.

Bank Indonesia Perwakilan DKI Jakarta mendorong pemerintah daerah mengembangkan sektor perekenomian baru untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Sektor yang dinilai layak dikembangkan salah satunya adalah industri digital kreatif.

Adrian mengatakan, selama ini para pelaku industri animasi kesulitan mencari pendanaan untuk IP (Intellectual Property/hak kekayaan intelektual). Butuh dana sekitar 3,5 juta dolar AS atau Rp 450 juta untuk memperoleh IP tersebut.

"Kalau mengharapkan IP investment dari lembaga formal, bank atau lembaga nonbank lembaga pemerintah, sorry to say masih nol," ujar Adrian dalam sebuah diskusi yang digelar oleh Bank Indonesia DKI Jakarta di Solo, Rabu (13/12).

Menurutnya, lembaga perbankan maupun nonperbankan selama ini ingin membantu dari sisi servis, bukan dari sisi IP. Dengan demikian, para pelaku animasi hanya bisa membuat produk tanpa memiliki hak kekayaan intelektual.

Merujuk pada Pasal 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebenarnya pelaku industri animasi bisa mengajukan pinjaman ke bank. Namun prosesnya berjalan sulit disebabkan dana pinjaman cukup besar dan ditambah bunga yang diajukan bank dianggap memberatkan mencapai 13 persen.

"UU nomor 28 ngga perlu jaminan properti segala macem, seharusnya perbankan bisa tapi perbankan menunggu policy OJK dan BI, teknikalnya," ujarnya.

Sehingga, sambungnya, apabila Pemprov DKI bersedia membantu pendanaan untuk IP tentu akan sangat membantu berkembangnya industri animasi di Indonesia. Animator-animator Indonesia juga sudah banyak, jadi tidak perlu khawatir kekurangan SDM dalam menghasilkan karya yang fantastis.

"Misal Spiderman 1 sukses, Spiderman 2 sukses, yang ketiga ditawarkan di Indonesia untuk investasi IP, bukan hanya jadi pekerja. Itu menarik tidak? Jadi kalau pemda Pemda DKI bisa menjadi pioneer, itu akan sangat bagus, apalagi kalau dari luar negeri sudah ada penjaminnya (sekuel film yang akan digarap)," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement