REPUBLIKA.CO.ID, DEMAK -- Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal TNI (Purn) Dr Moeldoko mengajak para petani Indonesia mengubah pola pikir (mindset) dalam mengelola pertanian.
Menurutya, ada dua hal utama yang harus dilaksakan petani. Pertama, adalah memiliki mimpi bahwa petani harus kaya. Kedua memanfaatkan teknologi.
"Setelah selesai menjadi prajurit, saya mengabdikan diri di sektor pertanian. Bukan hanya untuk mencari duit. Tapi saya ingin mengubah mindset petani. Bangun pagi sampai mau tidurnya mimpinya harus menjadi kaya,"ungkap mantan Panglima TNI itu dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (14/12).
Bagaimana untuk menjadi kaya? "Ikuti saya,"tegas Moeldoko yang kini dijuluki sebagai Panglima Tani.
Moeldoko mengungkapkan tipsnya, untuk menjadi kaya adalah menerapkan teknologi pertanian. Pola pertanian tradisional tidak bisa lagi dipertahankan.
"Memang dalam pertanian ada kultur dan teknologi. Bagaimana teknologi bisa masuk jiwa petani," tururnya saat berdialog dengan petani di Desa Punden, Demak, Jawa Tengah, yang digagas oleh Lumbung Banyu Bumi, Kamis (14/12).
Dalam kunjungan lapangannya di Demak, Moeldoko juga hadir dalam Sarasehan Bersama Petani di Desa Ruwit, Demak. Pertemuan ini dihadiri Pemerintah Daerah, Kodim, anggota DPRD, dan tokoh masyarakat serta ratusan kelompok tani dan anak tani lumbung.
Moeldoko memaparkan kisahnya terjun ke sektor pertanian. Ia memulai tanam padi di lahan seluas 6 hektar. Dilanjutkan menanam 230 hektar. "Dari seluas itu sebanyak 100 hektar gagal," kisahnya. Namun kegagalan itu dijadikan pengalaman hingga akhirnya melahirkan metode tanam, bibit varietas unggul, dan solusi mengatasi hama.
Lantas ia melanjutkan menanam 1.000 hektar dan kini sudah 5.000 hektar. Hasilnya per hektar bisa menghasilkan 9-12 ton. Semua yang ditanaminya lahan petani yang bekerja sama dengan HKTI dan MTani, lembaga yang didirikan Moeldoko.
Salah satunya Moeldoko mengembangkan varietas padi unggul M70D yang bisa panen dalam 70 hari dan M400 yang setiap helai batang padinya tumbuh 400 bulir padi.
Ia menawarkan kepada petani Demak memulai demplot seluas 5-10 hektar. HKTI siap membantu bibit, pupuk organik, metode tanam dan pendampingan.
Ia mengilustrasikan, dengan pola tanam dan bibit yang diterapkan petani bisa mendapaikan pendapatan sekitar Rp 36 juta per hektar. Bila dikurangi biaya produksi sekitar Rp 16 juta, dikurangi biaya kebutuhan harian, setidaknya petani dapat menabung Rp 7 juta. "Petani menjadi kaya, petani jadi bisa merencanakan keuangan."
Selain mengembangkan bibit dan pupuk, ia juga membangun Brigade Anti Hama dan Detasemen Khusus Anti Hama.
Moeldoko mengungkapkan pada zaman Majapahit, Nusantara adalah lumbung padi luar biasa, dan ekspor. Ketua Umum HKTI mengajak petani mengembalikan kejayaan Indonesia dalam sektor pertanian.