Senin 11 Dec 2017 15:47 WIB

Indonesia Bisa Kurangi Ketergantungan Terhadap Dolar AS

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Mata uang dolar AS. (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Mata uang dolar AS. (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Negara Indonesia (BNI) menilai kerja sama antara Bank Indonesia (BI) dengan Bank Sentral Malaysia (BNM) serta Thailand (BOT) akan berefek positif pada perekonomian Indonesia. Dikarenakan kerja sama ini bisa mengurangi penggunaan mata uang dolar AS.

Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan, selama ini ketergantungan Indonesia terhadap dolar AS cukup tinggi. Maka diharapkan, sinergi bank sentral tiga negara tersebut bisa mengurangi pemakaian dolar AS.

"Saat ini, 80 persen dari transaksi ekspor impor masih pakai dolar AS, sementara peluang kita melakukan transaksi dalam local currency (mata uang lokal) dari dua negara dimungkinkan. Ini kita ingin turunkan dari 80 persen, kalau bisa di bawah 80 persen," tutur Baiquni kepada wartawan, Senin, (11/12).

Menurutnya, bila transaksi menggunakan local currency semakin meningkat makin semakin bagus pula. "Ya nantinya kita lihat berapa nilai ekspor dan impor ke Thailand dan Malaysia. Seingat saya jatah yang ada itu pada 2016, ekspor impor ke Thailand maupun ke Malaysia kurang lebih capai 80 miliar dolar AS," tutur Baiquni.

Hanya saja, kata dia, pada tahun ini total ekspor serta impor ke dua negara tersebut sedikit menurun. "Kalau dari BNI sendiri, tahun lalu kurang lebih 145 juta dolar AS lalu tahun ini kurang lebih 80 juta dolar AS," ujarnya.

Lebih lanjut, Baiquni mengatakan, berlakunya penggunaan local currency dalam kegiatan ekspor impor, bisa mengurangi biaya transaksi nasabah. Bank berpelat merah ini pun telah dipilih ditunjuk menjadi salah satu bank dari Indonesia untuk operasionalisasi framework Local Currency Settlement (LCS) kurs rupiah-ringgit serta untuk kurs rupiah-baht.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement