REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mengumumkan bahwa pada November 2017, DIY mengalami inflasi sebesar 0,20 persen. Hal itu disebabkan adanya kenaikan harga beberapa kelompok konsumsi. Meski demikian, terdapat beberapa komponen yang mengalami penurunan harga sehingga dapat menekan inflasi di DIY.
Kepala BPS DIY, Johanes De Britto Priyono, mengatakan salah satu komponen yang memiliki andil terbesar dalam menekan laju inflasi adalah daging sapi. "Harga daging sapi turun sekitar 2,57 persen," kata Priyono, dalam jumpa pers, Senin (4/11).
Penurunan harga daging sapi itu kemudian memberikan andil sebesar -0,02 persen dalam menekan inflasi. Selain itu, juga terdapat beberapa komoditas lain yang memiiki andil menekan inflasi meski andilnya tak sebesar daging sapi.
"Komoditas itu adalah kelapa, semangka, apel, kacang panjang, pir, dan jeruk," ujarnya.
Masing-masing komoditas itu mengalami penurunan harga sebesar 2,42 persen, 6,12 persen, 2,22 persen, 5,92 persen, 9,04 persen, dan 1,10 persen. Seluruh komoditas itu pun juga memberikan andil dalam menekan inflasi sebesar 0,01 persen.
Menurutnya, laju inflasi kalender 2017 atau inflasi periode November 2017 terhadap Desember 2017 adalah sebesar 3,27 persen. Sedangkan laju inflasi year on year atau periode November 2017 terhadap periode November 2016 adalah sebesar 3,63 persen.
Dari 82 kota yang dihitung angka inflasinya, 68 kota IHK mengalami inflasi dan 14 kota IHK lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Singaraja sebesar 1,80 persen diikuti Kota Sibolga dan Meulaboh masing-masing sebesar 1,11 persen dan 0,88 persen.
Sedangkan Inflasi terendah terjadi di Kota Palopo dan Bekasi masing-masing sebesar 0,02 persen. Deflasi terbesar terjadi di Kota Tual sebesar 2,74 persen, diikuti Kota Ternate 1,06 persen, sedangkan deflasi terkecil terjadi di Kota Manokwari 0,02 persen.