Jumat 01 Dec 2017 06:42 WIB

OPEC, Rusia, dan Kabar Mengejutkan dari Amerika

Pertemuan anggota OPEC di Wina, Austria.
Foto: Reuters
Pertemuan anggota OPEC di Wina, Austria.

REPUBLIKA.CO.ID, WINA - Produsen minyak OPEC dan non-OPEC yang dipimpin oleh Rusia pada Kamis (30/11) sepakat untuk memperpanjang pemotongan produksi minyak sampai akhir 2018. Mereka berupaya mengatasi kelebihan pasokan global sementara mengindikasikan kemungkinan keluar lebih awal dari kesepakatan jika pasar terlalu panas.

Rusia, yang tahun ini mengurangi produksi secara signifikan bersama OPEC untuk pertama kalinya, telah mendorong sebuah pesan yang jelas tentang bagaimana keluar dari pemotongan produksi sehingga pasar tidak segera mengalami defisit terlalu cepat. Juga, harga tidak reli terlalu cepat dan saingannya perusahaan-perusahaan minyak serpih AS tidak meningkatkan produksi lebih lanjut.

Rusia membutuhkan harga minyak yang jauh lebih rendah untuk menyeimbangkan anggarannya daripada pemimpin OPEC Arab Saudi, yang sedang mempersiapkan pencatatan saham perusahaan energi nasional Aramco di pasar modal pada tahun depan. Karenanya itu akan mendapat keuntungan dari minyak mentah yang mahal.

Kesepakatan produsen-produsen saat ini, di mana mereka memotong pasokan sekitar 1,8 juta barel per hari (bph) dalam upaya untuk meningkatkan harga minyak, berakhir pada Maret 2018.

Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan kepada wartawan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu non-OPEC telah sepakat untuk memperpanjang pemangkasan selama sembilan bulan sampai akhir 2018, sebagaimana diantisipasi oleh pasar.

OPEC juga memutuskan untuk mengakhiri produksi gabungan Nigeria dan Libya pada level 2017 di bawah 2,8 juta barel per hari. Kedua negara telah dibebaskan dari pemotongan karena kerusuhan dan produksi yang lebih rendah dari biasanya.

Falih mengatakan terlalu dini untuk membicarakan tentang keluar dari pemotongan setidaknya untuk beberapa kuartal, karena dunia memasuki musim permintaan musim dingin yang rendah. Dia menambahkan bahwa OPEC akan mengkaji kemajuan pada pertemuan reguler berikutnya pada Juni 2018.

OPEC dan Rusia secara bersama-sama menghasilkan lebih dari 40 persen minyak global. Kerja sama nyata pertama Moskow dengan OPEC, diletakkan bersama dengan bantuan Presiden Vladimir Putin, sangat penting dalam mengurangi separuh kelebihan persediaan minyak dunia sejak Januari.

Dengan harga minyak naik di atas 60 dolar AS, Rusia telah menyatakan kekhawatirannya bahwa perpanjangan untuk keseluruhan tahun 2018 dapat mendorong lonjakan produksi minyak mentah di Amerika Serikat, yang tidak berpartisipasi dalam kesepakatan tersebut.

Komunike bersama OPEC dan non-OPEC mengatakan bahwa pertemuan berikutnya pada Juni 2018 akan memberi kesempatan untuk menyesuaikan kesepakatan berdasarkan kondisi pasar.

Para menteri minyak Irak, Iran dan Angola juga mengatakan sebelum pertemuan Kamis (30/11) bahwa sebuah peninjauan atas kesepakatan tersebut dimungkinkan pada Juni, jika pasar menjadi terlalu ketat.

Patokan internasional, minyak mentah Brent naik sekitar 0,5 persen pada Kamis (30/11) menjadi diperdagangkan di atas 63 dolar AS per barel.

Kelebihan atau kekurangan?

Tepat ketika OPEC yang berkumpul di Wina, data pemerintah AS menunjukkan bahwa produksi minyak AS naik tiga persen pada September menjadi 9,48 juta barel per hari. Namun, Falih mengatakan OPEC "tidak akan cepat terpicu" untuk bereaksi terhadap lonjakan produksi AS jangka pendek.

Produsen-produsen minyak serpih (shale oil) AS, yang secara efektif memicu kelebihan pasokan minyak global beberapa tahun terakhir, telah menyesuaikan pesan mereka selama setahun terakhir, beralih dari bahasa yang agresif sehubungan dengan tindakan OPEC.

"Jika produsen-produsen di AS meningkatkan jumlah rig mereka dalam beberapa bulan ke depan karena harga yang lebih tinggi, maka saya memperkirakan harga turun lagi pada akhir 2018," kata Scott Sheffield, kepala eksekutif Pioneer Natural Resources Co, satu dari produsen-produsen terbesar di Permian Basin, Texas dan New Mexico, ladang minyak terbesar AS.

"Saya berharap semua perusahaan serpih AS akan mempertahankan jumlah rig mereka saat ini, dan menggunakan semua kelebihan arus kas untuk meningkatkan pengembalian dividen kepada pemegang saham mereka," katanya kepada Reuters.

Gary Ross, seorang veteran pengamat OPEC dan pendiri konsultan Pira, mengatakan pasar bisa terkejut pada sisi positif dengan Brent naik menjadi 70 dolar AS jika ada gangguan pasokan besar.

"Di Kurdistan Irak ada risiko besar untuk ekspor minyak karena ketegangan dengan Baghdad, di Libya para milisi masih bertikai, di Nigeria risiko-risiko gangguan signifikan, Venezuela berada di ambang default (gagal), Iran kembali dapat menghadapi sanksi keuangan AS dan bahkan dalam risiko politik Arab Saudi pun meningkat," Ross menambahkan.

Pemotongan produksi telah dilakukan sejak awal 2017 dan membantu mengurangi separuh kelebihan stok minyak dunia, meskipun jumlah tersebut tetap pada 140 juta barel di atas rata-rata lima tahun, menurut OPEC.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement