REPUBLIKA.CO.ID,TERNATE -- PT Pertamina Marketing Operation Region VIII (MOR VIII) melalui Branch Marketing Maluku Utara (Malut) melakukan penetrasi pasar untuk penjualan Pertalite dan Dexlite. Ini dilakukan guna menekan tingginya harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) di daerah pelosok.
"Tentunya di hampir seluruh wilayah yang masih sulit dijangkau oleh SPBU, dengan menjalankan Program Pertalite Kieraha untuk membentuk jaringan distribusi yang menjangkau masyarakat yang cukup jauh dari SPBU terdekat," kata Sales Executive Retail PT Pertamina Malut, Andi Arifin di Ternate, Jumat (24/11).
Dia menyatakan, saat ini program tersebut merupakan salah satu cara strategis untuk menekan harga eceran yang cukup tinggi di pelosok-pelosok, karena Provinsi Malut dikenal merupakan wilayah kepulauan sehingga transportasi masyarakat dari satu pulau ke pulau lainnya membutuhkan BBM yang cukup tinggi.
"Kami sering sekali melihat dan mencatat rata-rata harga eceran di wilayah-wilayah yang jauh dari SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) terdekat, seperti Wairoro, Ibu dan Dodinga berkisar Rp 10 ribu Rp 15 ribu per liter. Harga itu lebih mahal dari Pertalite yang hanya Rp 7.700," ujarnya.
Menurut dia, Pertamina bisa memasarkan Pertalite yang lebih murah dan lebih berkualitas di wilayah tersebut. Sehingga akan mengajak Pemda dan badan-badan usaha setempat untuk kerja sama, terlebih saat ini masyarakat sudah cukup senang dan familiar dengan produk Pertalite.
Andi menambahkan, untuk "outlet-outlet" Pertalite itu nantinya bisa diproyeksikan menjadi cikal bakal SPBU, jika dianggap memenuhi syarat minimum pembangunan sebuah SPBU baru di wilayah tersebut.
"Sebenarnya ini salah satu cara kami menciptakan pasar baru di daerah-daerah pelosok yang secara feasibilitas belum layak dibangun. Kuncinya adalah kami ingin menekan harga pengecer di pelosok dengan penyediaan Pertalite yang lebih murah," ujarnya.