REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengatakan setidaknya ada tiga faktor yang menjadikan usaha warung tradisional tidak berkembang. Kian hari, kata dia, warung tradisional Indonesia semakin tersisihkan dari perekonomian masyarakat Indonesia.
"Satu, tempat usahanya, apalagi dalam pasar yang belum direnovasi," ujar dia saat ditemui di acara Kemitraan Ritel dan Warung Tradisional di Kantor Alfamart Kota Tangerang, Sabtu (18/11).
Enggar menjelaskan, pasar-pasar tradisional yang belum direnovasi dan kumuh menyebabkan pelanggan mereka beralih pada ritel besar. Tidak hanya tempat belanja yang kurang bersih, kerap kali harga yang disuguhkan juga lebih mahal untuk menjaga harga saat tawar menawar.
Untuk masalah kedua, Enggar mengatakan, supply barang dan rantai distributor barang kerap kali menjadi masalah di hilir. Pedagang warung tradisional kerap mengambil barang dari jalur distribusi tangan kedua, bahkan ketiga dan seterusnya, sehingga harga menjadi mahal dan keuntungan yang didapatkan sedikit.
Terkait masalah ini, kemitraan bersama ritel adalah solusi baik. Memutus rantai distribusi barang yang berlebih akan memberikan harga yang bagus dan keuntungan yang besar bagi pedagang warung tradisional
"Ketiga tidak memiliki kemampuan modal yang bisa bersaing dengan ritel moderen," jelas dia.
Terkait masalah kedua tersebut, Enggar mengatakan, solusi dari permodalan perbankan menjadi sangat penting. Oleh karena itu, kata dia, diharapkan perbankan bisa bekerjasama dengan masyarakat pemilik warung untuk bisa memajukan perekonomian warung-warung tradisional.