REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kepala Otoritas Moneter Arab Saudi menilai aksi pemberantasan korupsi yang sekarang tengah digencarkan akan membawa efek positif dalam jangka panjang.
''Semua usaha yang dikeluarkan dalam pembersihan korupsi ini akan terbayar dalam jangka panjang,'' kata Gubernur Otoritas Moneter Arab Saudi Ahmed Abdulkarim Alkholifey, seperti dikutip CNN, Jumat (17/11).
Gubernur Bank Sentral Saudi mengatakan aksi ini akan terbayar kelak. Langkah ini akan menarik minat investor masuk ke Saudi seiring keinginan Saudi mengurangi ketergantungan ekonomi Saudi terhadap minyak bumi.
''Menyamakan level investor baik lokal maupun asing, itu yang Saudi butuhkan. Ini pula yang para investor butuhkan,'' kata Alkholifey.
Ia mengakui, pasca penahanan puluhan orang oleh Komite Anti Korupsi Saudi, ada peningkatan transfer dana ke luar Saudi meski jumlahnya tidak signifikan. Ia menegaskan, Saudi adalah negara ekonomi bebas dan otoritas tidak akan mengontrol aliran modal.
Bagaimanapun, Saudi memerlukan aliran dana baru untuk mengatasi ketatnya anggaran akibat lesunya harga minyak dunia, termasuk melepaskan saham BUMN minyak mereka, Saudi Aramco.
Saudi sudah menahan 208 orang termasuk pangeran, pebisnis, dan mantan pejabat awal November 2017 ini. Langkah dramatis ini dinilai akan menyelamatkan Saudi kerugian negara sebesar 100 miliar dolar AS. Dalam daftar mereka yang ditahan, terdapat Pangeran Alwaleed bin Talal, miliarder pemilik Kingdom Holding.
Komite ini dipimpin langsung oleh Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman. Pangeran berusia 32 tahun itu tengah melakukan reformasi di tengah kekuasaan ayahnya, Raja Salman bin Abdulaziz, termasuk dengan memangkas subsidi dan membolehkan wanita berkendara.
Langkah memberantas korupsi ini dinilai akan membuat ekonomi Saudi lebih kompetitif. Saudi sendiri jauh di bawah Uni Emirat Arab dan Qatar dalam index korupsi dunia.