REPUBLIKA.CO.ID,BENGKULU -- Sekitar 80 ribu orang Indonesia pergi magang ke Jepang tiap bulannya. Kesempatan itu diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik sebab selain transfer ilmu, insentif yang diberikan bisa berguna memulai usaha.
Usai menandatangani kerja sama program magang Provinsi Bengkulu dengan International Manpower Development Organization Japan (IM Jepang) di Kota Bengkulu, Jumat (17/11), Penasihat Perwakilan International Manpower Development Organization Japan (IM Jepang) di Jakarta, Gitetsu Nishijima mengatakan, secara agregat saat ini ada sekitar 260 ribu atau rata-rata 80-90 ribu orang Indonesia magang di Jepang.
IM Jepang sendiri menangani lima ribu orang Indonesia sebagai peserta magang di Jepang. Secara keseluruhan, IM Jepang mengangani 7.500 orang dari Indonesia, Thailand, Vietnam, Bangladesh, dan Sri Lanka.
Ada 75 jenis pekerjaan yang ditawarkan di sana terutama manufaktur dan konstruksi terutama menjelang Olimpiade Tokyo 2020. ''Pada November ini, sektor jasa seperti perawat mulai dibuka sehingga tenaga magang wanita pun punya kesempatan,'' kata Nishijima.
Yang harus dikuasai sebelum magang ke Jepang adalah bahasa dan sertifikat dari Balai Latihan Kerja (BLK). ''Keahlian teknis tidak prioriotas. Yang penting juga mempersiapkan mental,'' ucap Nishijima.
Melalui kerja sama magang ini, IM Jepang harap tidak dijadikan main-main. Selama ini kontrak magang selama tiga tahun, tapi Jepang sudah minta lima tahun. ''Kami ingin lima tahun agar pekerja magang bisa sampai jadi supervisor. Kalau sudah lulus, kualitasnya lebih baik,'' ungkap Nishijima.
Rata-rata mereka yang magang di Jepang bisa membawa pulang Rp 200-300 juta setelah tiga tahun di sana selain juga membawa ilmu. Uang itu sudah termasuk di tunjangan usaha yang besarnya 600 ribu yen, plus tabungan hari tua yang akan dikembalikan lagi oleh pemberi kerja di sana sebesar 400 ribu yen. Banyak pemagang Indonesia yang memanfaatkan dana itu untuk memulai usaha di Tanah Air.