REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia berakhir lebih rendah pada Kamis (16/11) atau Jumat (17/11) pagi WIB, karena para investor mengkhawatirkan berlanjutnya kelebihan pasokan global.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, turun 0,19 dolar AS menjadi menetap di 55,14 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari, turun 0,51 dolar AS menjadi ditutup di 61,36 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga minyak telah tergelincir dari level tertinggi dua tahun karena pasar khawatir bahwa persediaan minyak mentah AS yang meningkat berpotensi merusak usaha Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memperketat pasar.
Persediaan minyak mentah AS naik 1,9 juta barel pada pekan yang berakhir 10 November, menjadi 459,0 juta barel, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (15/11), lebih tinggi dari ekspektasi pasar.
Para analis mengatakan, kenaikan cadangan minyak mentah Amerika Serikat dikombinasikan dengan prospek permintaan global yang suram, membuat para investor khawatir tentang kelebihan pasokan global terus berlanjut.
Dalam Laporan Pasar Minyak (Oil Market Report) yang dirilis pada Selasa (14/11), Badan Energi Internasional (IEA) memangkas proyeksi permintaan minyak dunia sebesar 100.000 barel per hari (bph) untuk 2017 dan 2018, menjadi sekitar 1,5 juta barel per hari pada 2017 dan 1,3 juta barel per hari pada 2018.
Lembaga tersebut mengatakan, harga yang lebih tinggi dan temperatur awal musim dingin yang relatif ringan, berkontribusi terhadap revisi turun pada perkiraan permintaan minyak global.