REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 15-16 November 2017 memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI 7 Day RR Rate) sebesar 4,25 persen. Dengan suku bunga Deposit Facility tetap 3,50 persen, dan Lending Facility pun tetap 5,00 persen.
Gubernur BI Agus Martowardojo menyatakan, keputusan itu konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan, serta mendorong laju pemulihan ekonomi dengan tetap mempertimbangkan dinamika perekonomian global maupun domestik.
"Tingkat suku bunga kebijakan saat ini dipandang memadai untuk menjaga laju inflasi sesuai dengan sasaran dan defisit transaksi berjalan pada level yang sehat," ujar Agus kepada wartawan dalam Konferensi Pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis, (16/11). Sementara itu, kata dia, perekonomian domestik tetap tumbuh dengan struktur lebih berimbang.
Ia menegaskan, BI juga tetap mewaspadai sejumlah risiko. Hal itu baik berasal dari global terkait rencana pengetatan kebijakan moneter di negara ekonomi maju, maupun risiko dari domestik seperti belum kuatnya peningkatan konsumsi rumah tangga dan intermediasi perbankan. "Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah untuk memperkuat bauran kebijakan dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi, stabilitas sistem keuangan. BI mendorong pupa penguatan reformasi struktural guna memperkokoh fundamental ekonomi Indonesia," tutur Agus.
Sementara itu, ekspansi perekonomian dunia kini terus berlanjut. Pasalnya, International Monetary Fund (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia akan meningkat sebesar 3,6 persen pada 2017 dan 2018. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Cina, Jepang, dan Eropa yang lebih tinggi dari perkiraan, serta perekonomian AS yang tetap kuat.
Agus menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Cina diperkirakan lebih baik didukung oleh ekspor dan permintaan domestik yang masih tinggi dan meningkatnya keyakinan konsumen. Pertumbuhan ekonomi Jepang juga diproyeksikan lebih tinggi dari perkiraan semula seiring berlanjutnya pemulihan ekspor. Begitu pula di Eropa, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan lebih tinggi dari perkiraan ditopang perbaikan ekspor seiring dengan membaiknya perdagangan global dan pulihnya permintaan domestik.
Sedangkan, ekonomi AS diperkirakan tetap kuat didukung konsumsi tetap tinggi dan investasi meningkat. Hal itu seiring prospek perekonomian global yang membaik, volume perdagangan dunia dan pertumbuhan harga komoditas global juga diperkirakan lebih tinggi dari perkiraan semula. "Ke depan, sejumlah risiko terhadap perekonomian global tetap perlu diwaspadai, antara lain kebijakan pengetatan moneter di negara maju dan faktor geopolitik," kata Agus.
Maka kata dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2017 ikut membaik dengan struktur lebih berimbang. Pertumbuhan ekonomi kuartal III 2017 tercatat 5,06 persen year on year (yoy), meningkat dibandingkan dua kuartal sebelumnya yang masing-masing sebesar 5,01 persen yoy.
Membaiknya pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti dengan struktur lebih berimbang dan meningkatnya kinerja ekspor dan investasi, baik pemerintah maupun swasta. Perbaikan kinerja ekspor terutama dipengaruhi oleh membaiknya harga komoditas seperti minyak sawit dan batubara, serta meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia.
"Investasi kita juga tumbuh meningkat mencapai level tertinggi sejak kuartal II 2013 didukung oleh investasi bangunan dan nonbangunan. Di sisi lain, kinerja konsumsi pemerintah membaik sejalan dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah, sementara konsumsi rumah tangga masih tertahan," kata Agus.
Secara sektoral, kata dia, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh industri pengolahan dan perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang memiliki kontribusi besar terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi di Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi meningkat terutama didorong oleh akselerasi sektor konstruksi dan industri pengolahan.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Maluku dan Papua melambat disebabkan, antara lain, produksi pertambangan yang masih terbatas. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan 2017 sekitar 5,1 persen dan akan meningkat lebih tinggi pada kisaran 5,1 persen sampai 5,5 persen pada 2018.