Jumat 10 Nov 2017 13:26 WIB

Astra Anggarkan Belanja Modal Rp 14 Triliun pada 2018

Rep: Satya Festiani/ Red: Elba Damhuri
Astra internasional
Astra internasional

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- PT Astra Internasional Tbk menganggarkan Rp 14 triliun sampai Rp 15 triliun untuk belanja modal pada 2018. Angka tersebut turun dari belanja modal tahun ini yang diperkirakan sebesar Rp 17 triliun.

Head of Investor Relations Division Astra Internasional, Tira Ardianti, mengatakan anggaran belanja modal tahun depan akan berasal dari pendanaan internal. Hingga September 2017, Astra Internasional masih memiliki net cash sebesar Rp 1,2 triliun.

"Ke depannya kita lihat kalau keuangan internal mencukupi untuk beberapa proyek, kita akan gunakan itu," ujar Tira pada acara "Workshop Wartawan Pasar Modal 2017" di Bogor, Kamis (9/11).

Kendati demikian, Astra tidak menutup kemungkinan adanya pendanaan dari bank. Tira mengatakan, Astra masih memiliki ruang yang besar untuk mendapatkan pendanaan dari bank, tetapi Astra selalu berhati-hati dalam mengatur neraca keuangannya.

Tira menjelaskan, saat ini posisi keuangan Astra cukup kuat karena ditopang terutama anak usahanya, yakni United Tractors. "Jadi posisi kita masih net cash," ujarnya.

Sementara itu, belanja modal yang terserap perseroan hingga September 2017 sebesar Rp 10,8 triliun dari rencana anggaran sebesar RP 17 triliun. Belanja modal terbesar tahun ini digunakan oleh United Tractors, yakni sebesar Rp 7 triliun, atau sekitar 45 persen dari total belanja modal.

Pengeluaran tersebut digunakan untuk membeli alat-alat berat untuk kontraktor pertambangan. "Sekarang batu bara sedang naik, jadi waktunya investasi bagi perusahaan batu bara," ujarnya.

Tahun depan, United Tractors diperkirakan masih akan mendominasi anggaran belanja modal. "United Tractors masih harus replacement alat. Itu kan tidak bisa langsung, harus nunggu delivery. Itu lah kenapa alat berat itu bisa nunggu 6-9 bulan hingga carry over sampai tahun depan," kata Tira.

Belanja modal terbesar kedua untuk tahun ini adalah sektor properti dan infrastuktur yang masing-masing sebesar Rp 2 triliun dan Rp 1,6 triliun. Belanja modal pada sektor infrastuktur adalah untuk konstruksi jalan tol.

"Untuk infrastruktur, masih ada proyek jalan tol dalam tahap konstruksi. Bahkan yang eksisting pun kita tambah jalurnya karena traffic bertambah, seperti Marga Mandala Sakti," ujarnya.

Belanja modal untuk sektor lainnya masih dianggap normal. Sebagai contoh, bisnis otomotif yang hanya menggunakan belanja modal untuk ekspansi network sekitar 10-15 outlet per tahun, serta agribisnis yang menggunakan belanja modal untuk intensifikasi dan pengembangan infrastruktur kebun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement