Kamis 09 Nov 2017 16:45 WIB

Jawa Barat Belum Bisa Swasembada Daging Sapi

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Seorang pedagang melayani pembeli daging sapi di pasar tradisional. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Rudi Mulya
Seorang pedagang melayani pembeli daging sapi di pasar tradisional. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Provinsi Jawa Barat hingga kini masih belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan daging sapi lokal. Integrasi peternakan dan pertanian pun terus didorong untuk mengatasi hal tersebut.

Kabid Produksi Peternakan DinasKetahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jabar, Abdullah Fathul Alim,menyebutkan, kebutuhan sapi di Jabar mencapai sekitar 600 ribuan ekor per tahun. Namun dari jumlah itu, potensi sapi lokal yang siap potong dan dibesarkan di Jabar baru ada 240 ribuan ekor.

"Masih kurang 68 persenan," kata Abdullah, saat ditemui di sela acara Kontes Ternak Sapi Potong di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Indramayu, Kamis (9/11).

Abdullah menjelaskan, kekurangan sapi di Jabar tersebut selama ini dipasok dari luar daerah di antaranya Jateng dan Jatim. Abdullah mengakui, pemenuhan kebutuhan sapi lokal itu masih belum sesuai harapan. Meskipun demikian, dengan adanya upaya khusus (Upsus) sapi induk wajib bunting (Siwab), jumlah tersebut telah meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya 160 ribuan ekor.

Pada 2018, kata Abdullah, ditargetkan minimal 40 persen kebutuhan sapi di Jabar dipasok sendiri oleh para peternak lokal. Sedangkan untuk mencapai swasembada daging, dia mengakui hal itu tidak bisa dipaksakan untuk diterapkan di Jabar.

"Di Jabar lahannya terbatas. Jika dihitung, lahan satu hektare itu untuk sepuluh ekor ternak sapi, " kata Abdullah.

Menurut Abdullah, dalam beternak sapi, perhitungan bisnis harus dijalankan. Dia menilai, harus ada diversifikasi usaha. Itu berarti, bukan hanya budidayanya saja yang dijalankan, tapi juga dengan penggemukannya.

Abdullah menambahkan, pihaknya pun mendorong adanya integrated farming system. Dengan demikian, budi daya pertaniandan peternakan tidak dipisah. Kotoran yang dihasilkan ternak, bisa digunakan untuk pertanian. Sedangkan sisa pertanian, seperti jerami, bisa untuk pakan ternak. "Pertanian dan peternakan jangankompetisi. Tapi harus berintegrasi," kata Abdullah.

Sementara itu, kekurangan sapi diJabar salah satunya terlihat di Kabupaten Indramayu. Kepala Dinas Peternakandan Kesehatan Hewan Kabupaten Indramayu, Joko Pramono, menyebutkan, dari 11.538 ekor sapi yang dipotong setiap tahun di Indramayu, yang dipasok oleh sapi lokal hanya 20 persen. "Selebihnya dari luar daerah,terutama Pati (Jateng), " kata Joko.

Joko menjelaskan, kondisi itu disebabkan rendahnya motivasi warga di Kabupaten Indramayu untuk beternak sapi. Salah satu penyebabnya, sulitnya penjualan.

Untuk menemukan pembeli sapinya, ada peternak yang butuh waktu satu bulan lebih. "Jika dijual di jagal punpembayarannya tidak tunai, tapi bisa sampai tiga minggu, " kata Joko. Selain itu, kata Joko, masyarakat Indramayu pun belum terbiasa memanfaatkan jerami padi untuk pakan sapi. Jerami dari hasil panen selama ini malah dibakar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement