REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Untuk kali keempat, Bank Indonesia (BI) menggelar Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF). Dalam perhelatan yang berlangsung pada 7-11 November 2017 di Grand City, Surabaya, ini ditargetkan muncul para santri yang menjadi pengusaha atau santripreneur. Hal itu sudah terlihat dari pesantren-pesantren yang mengembangkan bermacam usaha, terutama perdagangan. Ke depan, pesantren akan didorong untuk mengembangkan sektor pertanian.
"Di Jawa Timur pesantren banyak, ini menjadi kekuatan. Bisa dibilang Jawa Timur merupakan provinsi santri. Kami melakukan pendekatan dengan mengajak pesantren untuk memberdayakan masyarakat. Juga kita mengharapkan ada santripreneur karena Indonesia butuh wirausahawan," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Difi Ahmad Johansyah, kepada wartawan di sela-sela gelaran ISEF, Selasa (7/11).
Difi menambahkan, setelah adanya deklarasi dari Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Pemprov Jatim untuk mendorong ekonomi syariah, maka beberapa pesanten berhasil membangun koperasi pondok pesantren (kopontren) dan berjalan dengan baik pula. "Sehingga langkah berikutnya bagaimana kita mengembangkan antarpesantren menjadi sinergi," imbuhnya.
Difi juga menyatakan, ajang ISEF kali ini juga melakukan pendekatan ekonomi syariah yang merujuk pada kebutuhan masyarakat seperti kebutuhan gaya hidup halal, mulai dari pakaian, makanan, hingga pariwisata. "Kalau kebutuhan ini bisa kita wujudkan dalam satu program lebih luas, maka akan memunculkan ekonomi syariah yang lebih solid. Sudah ada keinginan-keinginan agar kebutuhan gaya hidup bisa menjadi dasar pendekatan ekonomi syariah," ujar Difi.
Perhelatan ISEF 2017 ini memperkuat dan melanjutkan gelaran ISEF tahun-tahun sebelumnya. Dalam ISEF kali ini dibahas hal-hal substansial seperti masalah industri halal hingga soal akuntansi syariah. "Ini sebenarnya kemajuan dari tahun-tahun sebelumnya. Kita sudah mulai dari gigi dua ke gigi tiga," ujar Difi.
Pemberdayaan ekonomi
Di hari pertama gelaran ISEF 2017, peran lembaga keuangan mikro berbasis syariah untuk mendorong pemberdayaan ekonomi dibahas dalam satu seminar. Dikatakan, perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia saat ini tidak terlepas dari peran penting lembaga intermediasi keuangan. Lembaga keuangan mikro berbasis syariah menjadi salah satu lembaga intermediasi yang memiliki potensi besar untuk mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat baik dari sisi jumlah maupun volume usaha.
Peserta berada di lokasi pelaksanaan Indonesia Shari'a Economic Festival (ISEF) 2017 di Grand City, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (7/11).
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Rosmaya Hadi menyatakan, lembaga keuangan mikro berbasis syariah memiliki beberapa potensi seperti merupakan lembaga milik dari, oleh, dan untuk anggota serta calon anggota.
Selain itu, biasanya lokasi kantor dekat anggota dan pengurus mengenal dengan baik pribadi anggota sehingga akses informasi tentang nasabah mudah.
Lembaga keuangan mikro berbasis syariah juga menerapkan pola tanggung renteng dan persyaratan pinjaman dan pembiayaan tergolong mudah yang tidak terikat pada kekakuan persyaratan pinjaman.
"Upaya untuk mendukung pengembangan lembaga keuangan mikro berbasis syariah telah dilakukan pemerintah di antaranya melalui bantuan pendanaan oleh Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LDB) dan pembinaan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah," kata Rosmaya.
Sementara itu di tingkat provinsi khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga telah menyalurkan dana hibah untuk lembaga keuangan mikro berbasis fungsional guna menjadi Koperasi Karyawan (Kopwan) berbasis syariah. Meski demikian, BI menilai upaya pengembangan tersebut masih perlu lebih ditingkatkan untuk mendorong kontribusinya terhadap perekonomian.