REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan ada 10 persen pekerja sektor ritel terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal tersebut sejalan dengan banyaknya ritel yang tutup.
"Itu perkiraan kita saja," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Bidang Ketenagakerjaan Harijanto, Selasa (31/10).
Menurutnya, jika satu departmen store saja yang tutup maka akan berdampak pada ratusan karyawan. Begitu juga dengan minimarket yang sedang efisiensi dengan menggunakan otomatisasi yang secara langsung berdampak pada pengurangan tenaga kerja.
Industri ritel diakuinya dalam kondisi lesu sehingga berakibat pada tutupnya berbagai gerai ritel. Ditambah tutupnya berbagai toko di Glodok dan Mangga Dua.
Sebenarnya, kata dia, semua tergantung dari ketahanan para pengusaha. Jika tidak mampu bertahan pada kondisi lesu ditambah harus membayar UMP yang cukup tinggi, ia khawatir gelombang PHK akan semakin besar.
"Ini kita jangan terjebak dalam retorika politik, buruhnya ikut oposisi, pinginnya upah tinggi, akhirnya banyak PHK," katanya.
UMP 2018 mengalami kenaikan sebesar 8,71 persen. Beberapa industri diakui Harijanto berat menerapkannya seperti ritel dan padat karya. Bahkan buruh DKI Jakarta menuntut UMP sebesar Rp 3,9 juta. Itu artinya, pengusaha akan melakukan efisiensi dan mempercepat otomatisasi pada perusahaannya.