Selasa 31 Oct 2017 02:12 WIB

Cegah PHK, Indef Usul Ritel Diberi Insentif PPN

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Budi Raharjo
Sejumlah calon pembeli berdiri mengantre di depan pintu masuk pusat perbelanjaan Lotus yang masih tertutup untuk berbelanja barang dengan potongan harga di Jalan K.H. Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Rabu (25/10).
Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Sejumlah calon pembeli berdiri mengantre di depan pintu masuk pusat perbelanjaan Lotus yang masih tertutup untuk berbelanja barang dengan potongan harga di Jalan K.H. Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Rabu (25/10).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Potensi gerai ritel modern yang tutup diprediksi akan terus berlangsung sampai pertengahan 2018. Untuk mengantisipasi kondisi itu, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, pemerintah perlu memberikan stimulus pada industri ritel untuk mencegah bertambahnya angka PHK.

Menurut Bhima, stimulus yang dapat diberikan misalnya melalui insentif PPN yang ditunda atau dikurangi besarannya sampai ritel kembali pulih. Alternatif lain, kata dia, bisa juga dengan memberikan diskon tarif listrik paling tidak 30 persen di jam operasional. "Karena ritel konvensional beban overhead listriknya besar," ucap Bhima, saat dihubungi Republika, Senin (30/10).

Bhima memperkirakan, industri ritel belum dapat kembali menggeliat sampai pertengahan tahun depan. Ini karena daya beli pada kalangan menengah ke bawah masih tertekan. Sementara, masyarakat kelas atas akan menghadapi tahun politik sehingga mereka cenderung menahan konsumsinya.

Sebelumnya,Ketua Umum asosiasi pengusaha ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandeymelaporkan, sedikitnya ada 1.200 karyawan yang telah kehilangan pekerjaan menyusul ditutupnya sejumlah gerai ritel modern sejak pertengahan 2017 lalu. Kondisi ini, kata dia, memunculkan masalah baru yang harus cepat dicarikan solusinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement