REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisnis ritel zaman now menggambarkan secara kasatmata kepada masyarakat akan kemajuan digital yang cepat tumbuh di Indonesia bahkan secara global. Riset memaparkan bisnis berbasis online digital tumbuh meroket mengalahkan toko fisik (offline).
Sebagai data konkret, VP Operation Sigi Kaca Parawira, Ridho Marpaung membeberkan data yang dihimpun mengenai tingginya belanja iklan untuk televisi pada sektor online. Kenaikan sejak Januari hingga September mencapai 50 persen setara dengan Rp 1 triliun.
"Ada 16 pemain utama di online sedangkan offline 3 saja, yang tiga ini bersaing dengan 16 toko online untuk belanja iklan, bagaimana?," ujar Ridho dalam sebuah diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta pada Sabtu (28/10).
Department store besar seperti Matahari, Ramayana, Metro mengalami penurunan omzet penjualan sebanyak hampir 50 persen. Ridho berharap ada solusi yang tidak merugikan berbagai pihak untuk menyikapi perubahan yang terjadi ini.
Namun bukan malah memaksa department store belanja iklan yang banyak bersaing dengan toko online, melainkan menurutnya toko fisik menumbuhkan toko online. "Seperti ada mataharimall.com. menurut saya itu adalah salah satu upaya mengejar ketertinggalan zaman kita. Juga biar terus bertahan," ujarnya.
Meskipun begitu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta juga memberi semangat kepada masyarakat akan kemajuan digitalisasi yang cepat ini. Menurutnya kemajuan ini harus memberikan manfaat besar dan jelas bagi masyarakat.
"Memang nanti akan banyak yang tutup. Ini adalah perubahan. kita harus mengikuti pola-polanya," ujarnya.