Rabu 25 Oct 2017 18:59 WIB

Gantikan LRT Bandung, Rusia Tertarik Bangun Skyway

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Elba Damhuri
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar
Foto: Republika/Edi Yusuf
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG --  Rencana pembangunan Light Rail Transit (LRT) atau kereta ringan di Bandung Raya terkendala dana. Pasalnya, tidak ada dana baik dari APBN, APBD, maupun investor. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat membuka kran investasi ini kepada Rusia.

Menurut Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, skyway yang ditawarkan investor Rusia pada Pemprov Jabar beberapa hari lalu memiliki biaya lebih murah. Yakni, hanya seperenam dari biaya pembangunan LRT yang sebelumnya direncanakan dibangun di Bandung Raya.

"Keunggulan dari skyway lebih murah. Kemarin dihitung hanya seperenam biaya LRT," ujar Deddy Mizwar yang akrab disapa Demiz di Bandung, Selasa (24/10) malam.

Demiz mengatakan pembangunan LRT atau skyway tidak mungkin dibiayai APBD atau APBN. Jadi, harus dari investor. "Kalau investor kan harganya harus efisien, sehingga konsumen mampu menjangkau," katanya.

Skyway merupakan kereta dengan sistem rel gantung. Alat transportasi ini telah beroperasi di Australia Selatan. Selain lebih murah dari pada LRT yang menghabiskan banyak biaya pembebasan lahan, Skyway pun disebut sebagai teknologi transportasi ramah lingkungan dan tidak memerlukan banyak lahan.

Menurut Demiz, tadinya ia berharap LRT dibiayai oleh APBN. Namun ternyata, pemerintah pusat tidak dapat membiayainya dan akhirnya rencana tersebut menemui jalan buntu. Padahal, LRT yang dibangun di kawasan Jakarta dan sekitarnya menggunakan anggaran dari APBN.

Demiz menjelaskan skyway yang akan dibangun di Bandung Raya harus memiliki panjang minimal 100 kilometer. Dengan panjang tersebut, maka keuntungan investasinya akan dirasakan investor dan masyarakat pun mendapat manfaat dari transportasi tersebut.

"Jadi orang enggak naik skyway, terus sambung angkot. Tapi turun terus jalan beberapa puluh meter ke tujuan. Makanya jaringan Skyway minimal harus 100 kilometer, baru menguntungkan," kata Demiz seraya mengatakan jangan sampai pengguna skyway harus naik angkot dulu baru naik skyway.

Keberadaan skyway ini, kata dia, tidak hanya menghubungkan Kota Bandung tapi harus bisa menghubungkan Padalarang, Cimahi, Soreang, dan Jatinangor. Agar, skyway bisa mengatasi masalah kemacetan lalu lintas di jalan raya.

Skyway, kata dia, memiliki beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan jalan tol yang cuma beberapa ruas dan hanya menampung kendaraan sedikit. Karena, skyway itu seperti kapsul. Kemungkinan, rencana pendirian kapsul dengan rute sepanjang 3 kilometer di Kota Bandung itu hanya bagian kecil dari seluruhnya.

"Yang saya pertanyakan, kalau cuma 3 kilometer, itu hanya untuk pariwisata atau apa. Kalau untuk aktivitas bekerja mending naik angkot atau jalan kaki, atau sepeda," katanya.

Saat ini, kata Demiz, ia belum membahas rekomendasi pembangunan kereta kapsul yang rencananya dibangun dengan rute Alun-alun sampai Tegalega tersebut. Pemprov Jabar, sedang merencanakan pembangunan transportasi massal yang mengakomodasi masyarakat di lima kabupaten dan kota di Bandung Raya.

Tim dari Rusia ini, kata dia, dalam waktu dekat akan mempresentasikan pembangunan skyway secara resmi. Rencananya, investornya pun berasal dari Rusia. "Namun, tidak menutup kemungkinan dari negara lainnya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement