Rabu 25 Oct 2017 13:15 WIB

Bidik Pasar Global, Produk Tekstil Harus Didiversifikasi

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Elba Damhuri
Pekerja menjahit pakaian di salah satu industri tekstil rumahan di Lesanpuro, Malang, Jawa Timur.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Pekerja menjahit pakaian di salah satu industri tekstil rumahan di Lesanpuro, Malang, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian mendorong industri tekstil dan produk tekstil melakukan diversifikasi produk sehingga dapat menangkap peluang tren di pasar global. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri dan Kekayaan Intelektual, Sony Sulaksono mengatakan, diversifikasi penting dilakukan karena sektor ini tidak hanya menghasilkan produk untuk kebutuhan sandang atau pakaian, tetapi juga telah berkembang menjadi industri tekstil non-sandang.

Ia mencontohkan, saat ini produk tekstil juga dimanfaatkan untuk material pembangunan infrastruktur jalan tol, agro-textiles, medis, industri makanan dan minuman, hingga otomotif dan manufaktur konsumsi lainnya. Kemenperin meyakini, komoditas industri tekstil non-sandang memiliki pasar yang cukup luas.

Permintaan produk tekstil non-sandang juga terus meningkat dalam periode lima tahun terakhir rata-rata sebesar 9,9 persen per tahun. Indonesia sendiri saat ini baru memberikan kontribusi sebesar 0,47 persen dalam memenuhi kebutuhan dunia akan produk tersebut.

Untuk mendorong peningkatan kontribusi Indonesia, Sony menyebut, industri perlu didukung dengan hasil-hasil penelitian dan pengembangan (litbang). Ini seperti yang dilakukan oleh Kemenperin melalui Balai Besar Tekstil (BBT) Bandung, demi menghasilkan produk-produk tekstil fungsional yang berkualitas.

"Kami ingin menjawab ekspektasi konsumen yang lebih dari sekedar sandang konvensional, namun sudah masuk ke dalam ranah tekstil fungsional yang memiliki karakter dan sifat spesifik sesuai dengan fungsinya," tutur Sony dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Rabu (25/10).

Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan BBT telah berhasil menghasilkan diversifikasi produk, antara lain tekstil anti nyamuk berbahan aktif mikrokapsul minyak kulit jeruk nipis, pembuatan tekstil antibakteri dengan zat aktif alami dari kitosan dan tekstil fungsional untuk atap yang bersifat anti ultraviolet.

Tak hanya itu, BBT juga telah mengembangkan panel pengendali kebisingan suara dari bahan serat alam dan limbah tekstil serta tekstil teknik dari limbah kain denim untuk penutup hasil pengecoran jalan.

Sony berharap, sejumlah hasil litbang tersebut dapat diimplementasikan oleh industri tekstil dan produk tekstil nasional sehingga memacu daya saing dan produktifitas industri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement