Kamis 19 Oct 2017 16:19 WIB

BTPN Syariah Sasar Nasabah Pembiayaan Super Mikro

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nur Aini
Pembicara Dirut BTPN Syariah Ratih Rachmawaty menyampaikan materi pada diskusi bertajuk Inklusi Keuangan dan Pemberdayaan Perempuan Melalui Pembiayaan, di Kantor BTPN Sinaya Cabang Dago, Kota Bandung, Kamis (19/10).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pembicara Dirut BTPN Syariah Ratih Rachmawaty menyampaikan materi pada diskusi bertajuk Inklusi Keuangan dan Pemberdayaan Perempuan Melalui Pembiayaan, di Kantor BTPN Sinaya Cabang Dago, Kota Bandung, Kamis (19/10).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Bank BTPN Syariah fokus membangun ekonomi umat melalui pemberdayaan perempuan. Segmen penyaluran pembiayaannya pun menyasar para pelaku super mikro atau masyarakat prasejahtera produktif.

Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty menyatakan, bila ibu berdaya maka keluarga juga ikut berdaya. "Visi kami menjadi bank syariah terbaik untuk keuangan inklusif dan mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia," ujarnya kepada wartawan di Bandung, Kamis, (19/10)

Ia menjelaskan, setiap nasabah super mikro bisa mendapatkan pembiayaan Rp 2 juta per orang. Skema peminjamannya pun cukup mudah karena, bank tidak meminta jaminan apa pun.

"Jaminannya hanya muka. Selama mukanya terus bertemu dengan karyawan kami ya kami sudah senang membuat mereka jadi nasabah kami. Kami nggak tanya, punya STNK motor atau sertifikat rumah atau nggak," kata Ratih.

Menurutnya, BTPN Syariah tidak perlu menanyakan jaminan sebab yang disasar memang masyarakat unbankable. "Kalau punya sertifikat seperti itu berarti bankable, bagi kami selama mau usaha, mari kita layani," ujarnya.

Ia menyebutkan, berdasarkan penelitian Kuantatif Synovate pada 2008, sebanyak 71 persen orang belum pernah meminjam dari bank. Sebanyak 34 persen mengaku tidak meminjam di bank karena prosesnya rumit, lalu 28 persen lainnya mengaku tidak punya uang. Maka dari itu, BTPN Syariah berusaha mempermudah nasabah unbankable di seluruh Indonesia untuk mendapatkan pembiayaan.

Ratih menyebutkan, biasanya para nasabah menggunakan pinjaman tersebut untuk menjalankan industri rumah tangga, seperti membuat telur asin, keset dari kain perca, dan lainnya. "Jadi selain memberikan pembiayaan pada mereka, kami bukain juga tabungan untuk mereka dan nggak ada biaya administrasinya. Kita kasih pembiayaan dulu, kalau uangnya bertambah maka nabunglah mereka," ujarnya.

Para nasabah, kata Ratih, juga bisa mendapatkan tambahan pembiayaan setelah satu tahun. "Kalau tahun pertama dapat Rp 2 juta, setelah mukanya hadir terus tahun berikutnya mereka boleh dapat maksimum Rp 4 juta," tuturnya. Setiap tahun, kata dia, plafonnya akan terus bertambah.

Berkat strategi tersebut, rasio pembiayaan bermasalah (NPF) BTPN Syariah pun terjaga di 1,7 persen pada kuartal dua tahun ini. "Itu jauh lebih kecil dari rata-rata industri," katanya.

Untuk menjaga NPF agar selalu terjaga, Ratih menuturkan, ada 12 ribu karyawan BTPN lulusan SMA di seluruh Indonesia yang mendatangi nasabah setiap dua minggu sekali. Para karyawan yang disebut 'Melati Putih Bangsa' itu juga mendampingi para nasabah dalam bertransaksi maupun edukasi.

Diharapkan ke depan semakin banyak pelaku super mikro yang menerima pembiayaan. "Sekarang per Juni kita sudah punya 2,8 juta nasabah, kalau secara total dari 2010 yang sudah jadi nasabah kita sekitar empat jutaan. Total aset kita juga sekitar Rp 8 triliun," ujar Ratih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement