REPUBLIKA.CO.ID, NEW YOK -- Johnson & Johnson (J&J) mencatatkan pendapatan yang lebih baik dari prediksi di kuartal tiga 2017 ini. Peningkatan pendapatan J&J ini ditopang bisnis obat kanker pasca akuisisi atas Actelion senilai 30 miliar dolar AS.
Analis Guggenheim Securities, Tony Butler mengatakan, secara historis, kinerja saham J&J memang bagus terutama karena didorong bisnis obat-obatan ketimbang produk konsumer mereka. Saham J&J naik 3,4 persen ke level 140,79 dolar AS pada perdagangan Selasa (17/10).
Penjualan segmen farmasi J&J naik 15,4 persen menjadi 9,7 miliar dolar AS pada kuartal tiga 2017. Sekitar separuh pertumbuhan laba itu dikontribusikan dari hasil bisnis bersama Actelion.
Peningkatan permintaan obat kanker darah J & J yang diproduksi Actelion, Darzalex dan Imbruvica, diprediksi jadi mesin pencetak laba mereka ke depan. Menurut Butler, dua obat kanker itu kian diterima pasar.
''Bisnis obat kanker berkembang baik. Sulit memprediksi titik jenuh pertumbuhan penjualan Darzalex dan Imbruvica,'' kata Butler.
Sementara itu, penjualan obat diabetes J&J, Invokana, turun 10 persen secara kuartalan. J&J sendiri terus mengakampanyekan risiko amputasi tangan dan kaki akibat diabetes. Obat reumatik produksi J&J, Remicade, juga turun penjualannya.
J&J menyatakan, bagi hasil disesuaikan per lembar saham naik 13 persen mencapai 1,90 dolar AS. Para analis memprediksi bagi hasil disesuaikan untuk per lembar saham J&J akan mencapai 1,80 dolar AS saja.
Ada enam pabrik obat Johnson & Johnson di Puerto Rico yang rusak karena badai Maria bulan lalu. Meski sudah beroperasi kembali, mereka belum bisa menangani kekurangan produksi.