Selasa 17 Oct 2017 16:57 WIB

Industri Benih tak akan Mati

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Satya Festyiani
Buruh tani mengambil benih padi untuk ditanam di areal sawah Desa Pesarean, Kabuparen Tegal, Jawa Tengah.
Foto: ANTARA
Buruh tani mengambil benih padi untuk ditanam di areal sawah Desa Pesarean, Kabuparen Tegal, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, Rasanya tidak berlebihan jika menyebut benih sebagai bagian terpenting dalam ketahananpangan suatu bangsa. Mengapa? Jika dirunut ke belakang, benih adalah awal yang menentukan seperti apa produksi tanaman akan dihasilkan nantinya. Benih memang tidak menyedot banyak biaya dalam produksi prtanian, sekitar lima persen saja. Tapi perannya begitu menentukan. Sehingga tak elok jika petani memilih benih secara sembarangan.

Benih unggul menjadi pilihan terbaik untuk digunakan pada pertanian tanah air, bukan hanya berdampak pada hasil produksi maupun produktivitas, ketahanan tanaman terhadap lingkungan pun akan jauh lebih baik.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Benih Indonesia (Asbenindo) Nana Laksana Ranu mengatakan, benih unggul yang dikeluarkan oleh perusahaan dijamin kualitasnya. Sebagai pelaku usaha, pihaknya menjaga dengan baik kepercayaan para petani untuk menggunakan benih unggul dari para pelaku industri. Bahkan benih-benih tersebut telah dilengkapi sertifikat untuk meyakinkan para konsumen.

"Mutu tidak akan dikorbankan oleh pengusaha benih kecuali ia hanya aji mumpung," ujarnya dalam sebuah kesempatan saat berbincang dengan Republika di Lembang, akhir pekan lalu.

Namun, ia mengakui jika kondisi di lapangan kerap berbeda. Tidak sedikit petani yang mengeluhkan rendahnya daya tumbuh sekalipun telah menggunakan benih unggul. Alasannya, kata dia, perlu diperbaiki bagaimana pengaplikasikan benih tersebut di lapangan.

Menurutnya yang juga menjabat sebagai Business Development PT Agri Makmur Pertiwi,sekalipun menggunakan benih unggul, pemupukan dan perawatan harus tetap dilakukan dengan baik. Bukan berarti didiamkan saja lantaran benih unggul memiliki daya tahan lebih dari benih biasa. Untuk itu, perlu peran penyuluh berkompeten guna membantu mengatasi kendala tersebut.

Dengan kerja sama produsen benih dan para penyuluh untuk memperjuangkan petani, bukan tidak mungkin ketahanan pangan dapat terus terjaga.

Sementara itu, kesadaran petani untuk menggunakan benih bermutu pun kian meningkat. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, pada 1975 penggunaan benih bermutu secara nasional masih berada di bawah angka 10 ribu ton. Namun kini penggunaan benih bermutu meningkat lebih dari 100 ribu ton.

Peningkatan ini seiring dengan program pemerintah yang terus mendorong sektor pertanian. Seperti diketahui, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian tengah fokus pada Upaya Khusus Padi Jagung Kedelai (Upsus Pajale). Ini menjadi tantangan dan peluang yang perlu dimanfaatkan pelaku industri benih.

"Kita positif dengan program pemerintah karena ini peluang bagi industri benih," kata dia.

Selain Upsus Pajale, tanaman hortikultura pun didorong produktivitasnya. Terutama setelah adanya Gerakan Tanam Cabai serentak yang digagas pemerintah.

PT East West Seed Indonesia (Ewindo) selaku produsen benih hortikultura seolah ketiban untung. Direktur Penjualan dan Pemasaran Ewindo Afrizal Gindouw mengatakan, adanya program tersebut membuat pihaknya menguasai 80 persen pengadaan benih.

Layaknya pangan yang akan selalu dibutuhkan, industri benih pun diyakini tidak akan mati seiring dengan kebutuhan manusia terhadap pangan. Meski begitu, Afrizal menekankan perlunya penguasan teknokogi. "Karena kalau terlambat, maka akan tertinggal," ujar dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement