Senin 16 Oct 2017 15:59 WIB

Pariwisata Bakal Jadi Penyumbang Devisa Terbesar

Rep: Friska Yolandha/ Red: Indira Rezkisari
Para wisatawan menyaksikan matahari terbenam di atas Gunung Agung dari desa Amed di Karangasem, Bali, Indonesia (10/10).
Foto: EPA
Para wisatawan menyaksikan matahari terbenam di atas Gunung Agung dari desa Amed di Karangasem, Bali, Indonesia (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pariwisata diklaim menjadi penyumbang devisa terbesar negara. Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia berbanding lurus dengan peningkatan jumlah devisa.

"Di akhir 2017 nanti, hampir pasti pariwisata menjadi penghasil devisa terbesar di Indonesia," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam Regional Investment Forum (RIF) di Kota Padang, Senin (16/10).

Penghasil devisa terbesar adalah crude palm oil (CPO), pariwisata, minyak dan gas (migas) dan batu bara. Namun, kata Arief, yang tumbuh di antara keempatnya adalah pariwisata, yaitu mencapai 25 persen.

Tingginya potensi pertumbuhan pariwisata ini menurut Arief harus didukung dengan penambahan fasilitas dan kemudahan infrastruktur. Investor berkesempatan untuk mengembangkan sejumlah destinasi wisata yang ditunjuk pemerintah menjadi destinasi prioritas.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengamini pernyataan Arief. Menurutnya, semakin banyak turis yang datang dan menginap di Indonesia, semakin besar pula devisa yang diperoleh negara.

"Kalau dari devisa yang masuk tahun lalu dari sektor pariwisata sebesar 11,3 miliar dolar AS," ujarnya.

Dibandingkan negara lain seperti Thailand, devisa yang masuk dari sektor pariwisata belum terlalu tinggi. Namun, ia meyakini, dengan menambah jumlah wisatawan yang masuk dan menginap akan meningkatkan jumlah devisa.

Peningkatan turis yang mendorong peningkatan devisa ini akan berpengaruh pada tenaga kerja serta mendorong PDB dari pariwisata. "Sekarang, PDB pariwisata masih digabung dengan perdagangan, itu mungkin sekitar 20 persen. Tapi nanti kalau pariwisata makin penting, misalnya bicara 10 tahun ke depan, tentunya pariwisata dapat menjadi sektor tersendiri dalam perhitungan PDB," kata Mirza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement