Senin 16 Oct 2017 15:21 WIB

Kapal Ternak Dinilai Untungkan Peternak, Ini Sebabnya

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Pekerja menurunkan sapi dari kapal pengangkut di Pelabuhan Kalbut, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (13/10). Pekerja tersebut menurunkan sapi dengan cara melempar ke laut karena tidak adanya fasilitas bongkar muat ternak di pelabuhan tersebut.
Foto: Antara/Zabur Karuru
Pekerja menurunkan sapi dari kapal pengangkut di Pelabuhan Kalbut, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (13/10). Pekerja tersebut menurunkan sapi dengan cara melempar ke laut karena tidak adanya fasilitas bongkar muat ternak di pelabuhan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapal ternak dinilai memiliki prospek bagus dan berdampak positif untuk mendukung tercapainya swasembada daging sapi. Sebab, ada kepastian fasilitas transportasi laut dengan jadwal pasti.

Hal itu diungkapkan Direktur Pengolahan dan Pemasaran hasil Peternakan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Fini Murfiani dalam diskusi media di Hotel Red Top Pecenongan, Senin (16/10). Kapal khusus angkatan ternak Camara Nusantara (CN 1) bahkan telah memenuhi aspek kesejahteraan hewan bertaraf internasional. Penyusutan bobot sapi selama perjalanan dapat diminamilisasi dan menambah nilai nominal yang sampai ke tangan peternak. "Sehingga lebih menggairahkan bisnis sapi," katanya.

Kapal khusus angkutan ternak CN 1 merupakan salah satu wujud implementasi tol laut yang mengangkut ternak dari daerah sentra produsen ke daerah konsumen. Keberadaan kapal ternak ini dapat menjamin kelangsungan pendistribusian ternak melalui angkutan laut dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai daerah produsen sampai ke DKI Jakarta dan sekitarnya.

Selama ini, distribusi sapi potong dari daerah sumber ternak ke wilayah Jabodetabek umumnya menggunakan kapal kargo dan dilanjutkan dengan angkutan truk yang membutuhkan waktu cukup lama. Pengangkutan dengan kapal kargo itu berdampak pada penyusutan bobot sapi mencapai 15 hingga 22 persen. Guna meningkatkan bobot sapi diperlukan pemulihan yang membutuhkan biaya tambahan dari pedagang.

"Dan akhirnya sebagai kompensasinya harga ikut dibebankan kepada konsumen," kata dia.

Untuk itu, penataan tata niaga ternak menjadi perhatian pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang sehat. Dengan begitu, dia mengatakan akan tercipta peternakan yang berdaya saing dan mampu menyediakan bahan pangan asal ternak dari dalam negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement