REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- The Federal Reserve masih memerhatikan dan mengarahkan inflasi. Ekonomi AS dinilai masih kuat dan perbaikan tingkat penggangguran terus terjadi sehingga potensi menaikkan suku bungan masih terbuka.
''Kami masih memerhatikan data inflasi dalam beberapa bulan ke depan,'' kata Gubernur The Fed Janet Yellen seperti dikutip Reuters, Ahad (15/10).
Yellen melihat semua masih akan dinamis. Ia juga memprediksi ekonomi AS akan melampui tren jangka panjangnya selama paruh ke dua tahun ini. Ia yakin dampak musibah badai yang menerpa AS pun hanya sementara.
Yellen mengatakan kenaikan upah pada September lalu merupakan hal positif. Ia masih berharap bank sentral bisa tetap meningkatkan suku bunga ke depan.
''Kami terus berharap pemulihan kondisi akan membuat kami bisa meningkatkan suku bunga secara bertahap,'' tutur Yellen.
Bank Sentral AS masih menahan kenaikan suku bunga hingga September lalu. Sejak itu Yellen berulang kali menyebut ketidapastian inflasi masih menghambat The Fed mencapai target kenaikan suku bunga hingga dua persen.
Catatan rapat Dewan Gubernur The Fed yang dirilis pekan lalu menunjukkan, pejabat-pejabat The Fed masih berbeda pendapat soal inflasi dampak kenaikan suku bunga terhadap perbaikan ekonomi AS.
Meski begitu, Yellen dan beberapa pemangku kebijakan juga menurunkan ekspektasi mereka untuk menaikkan suku bunga secara gradual hingga ekonomi secara keseluruhan membaik dan pengangguran berkurang.
Pejabat The Fed menunjukkan ketidakpedulian belum membaiknya tingkat pengangguran. Mereka melihat dampak badai Harvey dan Irma pada peningkatan pengangguran hanya sementara.
Bank Sentral AS sudah empat kali menaikkan suku bunga sejak akhir 2015 lalu. The Fed sendiri masih berupaya untuk bisa meningkatkan suku bunga tahun ini.
The Fed masih punya dua kali jadwal rapat dewan gubernur pada November dan Desember ini. Para investor sendiri memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga pada Desember mendatang.