Sabtu 14 Oct 2017 06:05 WIB

Kredit Bank Melambat pada Kuartal III, Apa Sebabnya?

Rep: Binti Sholikah/ Red: Budi Raharjo
Seorang pejalan kaki melintasi logo Bank Indonesia di gedung BI kawasan Thamrin, Jakarta Pusat
Foto: Antara
Seorang pejalan kaki melintasi logo Bank Indonesia di gedung BI kawasan Thamrin, Jakarta Pusat

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Hasil Survei Perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada kuartal III-2017 melambat. Namun kredit diperkirakan menguat pada kuartal IV-2017.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, mengatakan, hasil survei tersebut terindikasi dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan kredit baru pada kuartal III-2017 sebesar 77,9 persen, menurun dari 84,8 persen pada kuartal sebelumnya. Kemudian meningkat menjadi 98,1 persen pada kuartal IV-2017.

Agusman menjelaskan, melambatnya pertumbuhan permintaan kredit baru pada kuartal III 2017 terjadi pada kredit modal kerja dan kredit konsumsi, sedangkan kredit investasi tumbuh menguat. Hal tersebut tercermin dari SBT kredit modal kerja yang menurun dari 95,5 persen menjadi 71,1 persen, dan SBT kredit konsumsi turun dari 65,7 persen menjadi 20,5 persen.

Sedangkan SBT kredit investasi naik dari 40,8 persen menjadi 69,8 persen. Perkembangan pertumbuhan permintaan kredit baru tersebut juga sejalan dengan pertumbuhan kuartalan (qtq) outstanding kredit pada Juli-Agustus 2017.

"Perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi terutama disebabkan oleh melambatnya permintaan Kredit Kepemilikan Rumah/Apartemen (KPR/KPA) dan menurunnya permintaan kartu kredit dan Kredit Tanpa Agunan (KTA)," kata Agusman melalui siaran pers, Jumat (13/10).

Sedangkan permintaan kredit baru untuk Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) mengalami peningkatan. Peningkatan KKB tersebut sejalan dengan rata-rata penjualan sepeda motor dan mobil pada kuartal III 2017 (Juli-Agustus) yang lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya.

Survei tersebut menunjukkan, permintaan kredit pada 13 sektor ekonomi mengalami kenaikan pada kuartal III-2017. Permintaan tertinggi pada sektor industri pengolahan dengan SBT 70,2 persen dan sektor perdagangan besar dan eceran SBT 56,1 persen. Di sisi lain, permintaan kredit pada sektor pertambangan dan penggalian dan sektor jasa perorangan yang melayani rumah tangga mengalami penurunan yang tercermin dari SBT masing-masing sebesar -29,1 persen dan -28,7 persen.

"Pada kuartal III 2017, persentase jumlah responden yang memiliki realisasi kredit baru di bawah target (deviasi di atas 5 persen) sebanyak 77,5 persen, lebih rendah dibandingkan 82,5 persen pada kuartal sebelumnya, terutama dipengaruhi oleh perkembangan kondisi ekonomi dan terbatasnya kebutuhan pembiayaan dari nasabah," imbuhnya.

Pada kuartal lV-2017 pertumbuhan kuartalan kredit baru diperkirakan menguat. Hal itu tercermin dari SBT permintaan kredit baru sebesar 98,1 persen, lebih tinggi dari 77,9 persen pada kuartal sebelumnya. Perkiraan menguatnya pertumbuhan ekonomi dan tren penurunan suku bunga kredit menjadi faktor utama yang mendorong meningkatnya optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit kuartal IV-2017.

"Peningkatan penyaluran kredit baru pada kuartal IV 2017 terutama didukung oleh faktor perkiraan membaiknya pertumbuhan ekonomi dan adanya penurunan suku bunga kredit sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter yang telah dilakukan," jelasnya.

Kredit modal kerja masih menjadi prioritas penyaluran kredit dari sisi penggunaan. Sedangkan dari sisi sektoral yang menjadi prioritas utama yakni sektor perdagangan besar dan eceran, sektor industri pengolahan, dan sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement