REPUBLIKA.CO.ID, TARAKAN -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) bangun dua embung di Tarakan. Embung tersebut diharapkan mampu menjadi sumber air baku warga dan antisipasi kekurangan air pada musim kemarau. Apalagi karena wilayah tersebut memang tak memiliki anak sungai.
Menteri Pupera Basuki Hadimuljono mengatakan, kebutuhan air di Kota Tarakan yang dihuni sekitar 200 ribu orang sekitar 900 liter per detik. Namun, sejauh ini baru tercukupi sebanyak 400 liter per detik dari embung-embung yang sudah ada.
"Di pulau kecil seperti Tarakan kebutuhan airnya tidak bisa mengandalkan air tanah karena terpengaruh air laut sehingga menjadi payau," katanya melalui siaran resmi, Ahad (8/10).
Untuk itu pihaknya membangun dua embung baru yakni Embung Rawasari dan Embung Indulung dengan kapasitas total tampungan 235 ribu meter kubik dengan debit pengambilan sebesar 250 liter per detik. Untuk Embung Rawasari, dengan luas genangan 3,22 hektare memiliki kapasitas tampung 112 ribu meter kubik dan dibangun dengan anggaran Rp 68,44 miliar.
Embung juga dilengkapi jaringan perpipaan sepanjang empat kilometer. Embuang dengan diameter 40 cm itu dilengkapi dua unit pompa dengan debit pengambilan sebesar 100 liter per detik. "Pengerjaan Embung Rawasari dikerjakan selama tiga tahap. Tahap I tahun 2016 dan saat ini sudah masuk tahap kedua dan targetnya akan selesai akhir 2018," ujar Basuki.
Sementara pembangunan Embung Indulung juga disertai pembangunan jaringan pipa air baku sepanjang 11 km, dua unit pompa, genset, pos jaga dan bangunan pelengkap lainnya. embung ini untuk melayani kebutuhan air di tiga kelurahan yaitu Kelurahan Kampung, Kelurahan Pantai Amal dan Kelurahan Kampung Enam. Total biaya pembangunan embung mencapai Rp 168 miliar. Adapun luas genangan sebesar 2,62 hektare dan kemampuan tampungan efektif mencapai 123 ribu meter kubik.
Sebelumnya, pada 2015, Kemenpupera telah menyelesaikan pembangunan Embung Bengawan di Kelurahan Juata Kerikil, Kecamatan Tarakan Utara seluas 477 hektare dengan anggaran sebesar Rp 85,87 miliar. Volume air yang dapat ditampung sebesar 148 ribu meter kibik dengan besarnya debit pengambilan 100 liter per detik. Untuk menjaga tampungan air tidak hilang saat kemarau, Kepala Pusat Air Tanah dan Air Baku Kemenpupera Amir Hamzah mengatakan, pihaknya menggunakan teknologi khusus.
"Apabila kemarau mengakibatkan terjadi penurunan tinggi muka air, maka kita terapkan teknologi geomembran supaya airnya tidak hilang terserap. Hal ini yang juga akan diterapkan di Embung Rawasari," kata dia.