Jumat 06 Oct 2017 01:32 WIB

Jokowi tak Mau Ambisius Terkait Target 35 Ribu MW

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno (kanan) dan Bupati Serang Tatu Chasanah (kedua kanan) berbincang dengan Dirut PT PLN Sofyan Basir (kedua kiri) saat meninjau lokasi proyek PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) di Desa Terate, Serang, Banten, Kamis (5/10).
Foto: Antara/Asep Faturahman
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno (kanan) dan Bupati Serang Tatu Chasanah (kedua kanan) berbincang dengan Dirut PT PLN Sofyan Basir (kedua kiri) saat meninjau lokasi proyek PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) di Desa Terate, Serang, Banten, Kamis (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak mau ambisius dengan target membangun pembangkit listrik dengan total kapasitas 35 ribu megawatt (MW) sampai 2019. Ia kini mengatakan, target tersebut harus disesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

"Kebutuhannya disesuaikan, dihubungkan dengan pertumbuhan ekonomi yang ada," ujar Presiden, usai meresmikan dimulainya pengerjaan tiga proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan total kapasitas 4.000 MW di Desa Terate, Kecamatan Kerawatwatu, Kabupaten Serang, Banten, Kamis (5/10).

Jokowi mengaku, pada saat menetapkan target 35 ribu MW pada awal masa pemerintahannya, hitungan tersebut masih sesuai dengan kondisi ekonomi nasional. Namun, ia tak mau ngotot mengejar target jika memang kondisinya tidak mendukung. "Ya kalau terlalu over juga membebani PLN."

Kendati begitu, Presiden mengatakan, kebutuhan akan listrik setiap tahunnya pasti akan bertambah. Selain untuk menerangi rumah-rumah warga, listrik juga dibutuhkan untuk menunjang kegiatan ekonomi. Tanpa adanya listrik, investasi tidak akan masuk. Karenanya, kata Jokowi, pemerintah harus siap untuk terus menambah pasokan listrik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement